Sejarah dan Budaya di Bagansiapiapi, Zulkifli Indra: Kota Cahaya Layak jadi Kota Pusaka

Sejarah dan Budaya di Bagansiapiapi, Zulkifli Indra: Kota Cahaya Layak jadi Kota Pusaka

Zulkifli Indra (pakai baju batik kuning) bersama Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Jakarta (ist)

Rohil, Batamnews - Kota Bagansiapiapi merupakan sebuah kota yang kaya akan warisan sejarah dan kekayaan budaya. Sebagai sebuah kota tua yang pada abad ke-18 pernah menjadi produsen ikan terbesar nomor 2 di dunia, Bagansiapiapi memiliki sejarah yang gemilang.

Terletak di wilayah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Provinsi Riau, Bagansiapiapi juga terkenal dengan salah satu tradisi budaya dari masyarakat Tionghoa, yaitu ritual Bakar Tongkang.

Zulkifli Indra SH, seorang tokoh masyarakat dari Rokan Hilir (Rohil) dan anggota DPRD Riau, menyatakan bahwa Tim Ahli Cagar Budaya Nasional dari Jakarta telah menilai Bagansiapiapi sebagai kota yang sangat layak untuk mendapatkan status sebagai kota pusaka.

Baca juga: Tragedi di Masjid Raya Lubuk Minturun: Anak 8 Tahun Tewas Tertimpa Beton Saat Wudu

"Kami telah melakukan penelitian dan presentasi mengenai potensi Bagansiapiapi sebagai kota pusaka. Untuk mendukung dan mewujudkannya, kami bersama Pemerintah Provinsi Riau dan Pemkab Rohil terus berupaya," ujar Zulkifli Indra dalam wawancara dengan wartawan pada Selasa (20/9/2023).

Menurut politisi dari Partai Demokrat ini, Tim Cagar Budaya Nasional telah secara langsung melakukan peninjauan terhadap beberapa cagar budaya yang ada di Bagansiapiapi.

Zulkifli Indra juga menjelaskan bahwa Bagansiapiapi awalnya hanyalah sebuah kampung nelayan. Transformasinya menjadi Kota Bagansiapiapi yang juga dikenal sebagai "Kota Cahaya" terjadi ketika pemerintah Hindia Belanda memindahkan pusat pemerintahannya dari Tanah Putih ke Bagansiapiapi pada tahun 1894.

Baca juga: China Menghadapi Penurunan Angka Pernikahan Terbesar dalam Sejarah Modern

Anggota DPRD Riau yang mewakili daerah pemilihan Rohil ini mencatat bahwa berbagai infrastruktur dan bangunan bersejarah, seperti Kantor Wedana, Kantor Bea Cukai, Kantor Pos, termasuk sekolah-sekolah peninggalan Belanda, masih dapat ditemui hingga saat ini.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa bangunan water leading yang dibangun pada tahun 1927 dan selesai pada tahun 1932 juga masih dapat dilihat di Bagansiapiapi.

"Selain terdapat bangunan sejarah seperti Kantor Wedana di Bagansiapiapi, juga terdapat Kantor Kapiten serta berbagai data mengenai bangunan Kolonial, Rumah Tua Melayu, Rumah Tua Suku Tionghoa, dan Rumah Perkampungan Melayu. Semua ini menjadikan Bagansiapiapi sangat pantas mendapatkan status sebagai Kota Pusaka," jelasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews