BUMN Rusia Mundur, Proyek Gas Natuna RI Terancam

BUMN Rusia Mundur, Proyek Gas Natuna RI Terancam

Proyek gas Natuna terancam gagal setelah investor Rusia mundur (ilustrasi)

Batam, Batamnews - Proyek pengembangan Blok Tuna di perairan Natuna menghadapi ancaman setelah BUMN asal Rusia, Zarubezhneft, memutuskan untuk mundur dari proyek tersebut. 

Keputusan ini diambil Zarubezhneft sebagai dampak dari sanksi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat, yang telah menghambat kelanjutan proyek gas ini.

Zarubezhneft, melalui anak usahanya ZN Asia Ltd, awalnya memegang 50 persen hak partisipasi dalam Blok Tuna bersama dengan Premier Oil Tuna BV, perusahaan migas asal Inggris. 

Baca juga: Batamnews Raih Penghargaan Bergengsi dalam Kategori Distribusi Konten Terbaik di AMSI Awards 2023 di Bandung

Namun, konflik politik antara Rusia dan negara-negara Barat membuat Harbour Energy tidak dapat menjalankan transaksi atau bekerjasama dengan perusahaan Rusia.

Seperti dikutip bisnis, Kamis (24/8/2023), Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Nanang Abdul Manaf, menjelaskan bahwa rencana pengembangan (PoD) untuk Blok Tuna telah disetujui oleh pemerintah Indonesia. 

Meskipun demikian, Zarubezhneft terpaksa mundur karena tidak memungkinkan untuk melanjutkan proyek ini.

Saat ini, Harbour Energy sedang mencari pengganti Zarubezhneft sebagai mitra dalam Blok Tuna. Pemilihan mitra pengganti akan menjadi tanggung jawab Harbour.

Baca juga: BEM Unilak Protes PH Water Intake dan Limbah RAPP, Pasang Spanduk di Berbagai Lokasi Kota Pekanbaru

Pada akhir tahun 2022, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, telah menyetujui rencana pengembangan pertama Lapangan Tuna di Blok Tuna. Lapangan ini memiliki potensi gas sekitar 100 hingga 150 juta kaki kubik standar per hari (MMscfd). Rencananya, produksi gas dari Lapangan Tuna akan diekspor ke Vietnam pada tahun 2026.

Harbour Energy menghadapi kendala dalam melanjutkan rencana pengembangan Blok Tuna akibat sanksi dari Uni Eropa dan pemerintah Inggris, yang merupakan tanggapan terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Investasi untuk pengembangan Blok Tuna hingga tahap operasional diperkirakan mencapai US$3,07 miliar atau sekitar Rp45,4 triliun. Meskipun terjadi mundur dari Zarubezhneft, proyek ini akan tetap berlanjut dengan upaya pencarian mitra pengganti.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews