Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS, Investor Menunggu Data Neraca Perdagangan

Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS, Investor Menunggu Data Neraca Perdagangan

Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (ilustrasi)

Batam, Batamnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah sebesar 0,27 persen atau 42 poin pada pagi hari Selasa (15/8/2023). Rupiah kini berada di posisi 15.356 per dolar AS, menurun dari posisi sebelumnya yaitu 15.314 per dolar AS.

Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menjelang pengumuman data penjualan ritel AS yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 0,4 persen.

Selain itu, data ekonomi terbaru dari China juga mengecewakan dengan pertumbuhan produksi industri hanya mencapai 3,7 persen (dibandingkan perkiraan 4,4 persen) dan penjualan ritel naik 2,5 persen (dibandingkan perkiraan 4,5 persen). Hal ini diungkapkan oleh Lukman seperti dilaporkan oleh Antara pada Selasa (15/8/2023).

Baca juga: Skandal Penipuan Investasi Bodong Melibatkan Oknum Polisi di Tanjungpinang, Kerugian Capai Rp 90 Juta

Nantikan Data Neraca Perdagangan

Investor juga sedang menantikan data neraca perdagangan Indonesia yang dijadwalkan akan dirilis pada siang hari. Data ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kinerja sektor ekspor dan impor Indonesia.

Lukman menambahkan bahwa jika data neraca perdagangan Indonesia menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan, hal ini dapat memberikan dukungan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, untuk saat ini, diperkirakan rupiah masih akan tetap lemah.

"Dalam situasi ini, rupiah akan mendapatkan dukungan dari intervensi aktif oleh Bank Indonesia," kata Lukman.

Baca juga: Diiringi Dentuman Keras: Jembatan Perawang di Meranti Ambruk, Akses Masyarakat Terputus

Di sisi lain, dolar AS terus menguat terhadap mata uang utama lainnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang mendorong kekuatan dolar dan menjadi pilihan para investor sebagai tempat berlindung di tengah ketidakpastian ekonomi global terutama di China.

Indeks dolar, yang mengukur nilai dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,34 persen menjadi 103,1898 pada akhir perdagangan, mencapai level tertinggi dalam lebih dari sebulan.

Analis pasar menjelaskan bahwa banyak investor kembali mencari dolar sebagai pilihan aman dalam menghadapi ketidakpastian situasi ekonomi global, terutama berkaitan dengan kondisi ekonomi China.

Baca juga: Menteri Investasi Sampaikan Rencana Pengembangan Pulau Rempang dalam Rapat Koordinasi di Batam

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun mendekati 4,20 persen pada Senin (14/8/2023), mencapai level tertinggi sejak November 2022, dan hal ini turut berkontribusi pada penguatan dolar.

"Para pedagang masih banyak yang fokus pada situasi di China," ujar Edward Moya, Analis Pasar Senior di OANDA, seperti yang dikutip dari Reuters.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews