Pemuda dalam Pemilu 2024: Kiasan atau Perubahan?

Pemuda dalam Pemilu 2024: Kiasan atau Perubahan?

Rikson Pandapotan Tampubolon.

Oleh: Rikson Pandapotan Tampubolon

Sejarah sudah membuktikan bagaimana goresan perjuangan kaum muda kita. Dalam setiap transisi perubahan di bangsa ini, pemuda selalu menjadi elemen penting dari perubahan itu sendiri. Takhayal dalam momentum transisi kepemimpinan kedepan peran pemuda itu selalu penting untuk dipersoalkan. Masalahnya dapatkah pemuda itu diharapkan menjadi katalis perubahan itu atau hanya sekedar gimmick/kiasan semata?

Pada Pemilu 2024, Indonesia memperkirakan jumlah pemilih mencapai 187 juta orang, dan yang menarik, generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, diperkirakan menjadi kelompok pemilih terbesar. Menurut Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (2023), sekitar 60 persen dari seluruh pemilih pada Pemilu tersebut akan berasal dari generasi muda. Fenomena ini menjadi penting karena generasi muda identik dengan perubahan. Palagan baru mereka sekarang ada di media sosial dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial dan politik.

Akhir-akhir ini minat generasi milenial dan Gen Z menunjukkan harapan dalam kegiatan politik dan aktif terlibat dalam kegiatan sosial. Mereka mulai keluar dari kecenderungan bersikap apolitis, melainkan sadar akan isu-isu penting yang tengah berkembang di Indonesia. Coba saja lihat beberapa kasus yang belakangan ini viral yakni Kasus Pemuda di Lampung yang berceloteh di media social soal pembangunan di daerahnya, beberapa komika muda juga ikut ambil bagian dalam mengkritisi kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

Baca juga: Ayah Mendongeng

Namun, disamping itu tantangan di depan mata bagaimana mendorong generasi muda tersebut untuk menggunakan memiliki hak pilih masih juga menjadi persoalan. Orang muda biasanya tidak suka dengan kegiatan formalistic, mereka cenderung penyuka aksi-aksi spontan. Maka dari itu, dibutuhkan komitmen semua pihak utamanya penyelenggara pemilu baik KPU dan Bawaslu untuk terus mengkampanyekan pentingnya partisipasi politik dan hak memilih kepada generasi muda, serta melaksanakan Program Pemilih Pemula untuk memberikan pemahaman yang baik tentang pentingnya hak suara bagi generasi ini.

Untuk itu dibutuhkan partisipasi politik yang tinggi dari generasi muda pada Pemilu 2024 dan menghasilkan pemimpin berkualitas untuk Indonesia, semua pihak untuk terus mendorong dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya partisipasi politik dan hak memilih. Dengan adanya kesadaran ini, diharapkan partisipasi masyarakat dalam proses Pemilu akan semakin meningkat, sehingga proses demokrasi di Indonesia dapat berjalan dengan lebih baik dan mencerminkan aspirasi masyarakat secara luas.

Penting sekali merangkul pemilih pemula agar mau terlibat dalam tahapan pemilu, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil diantaranya: Pertama, edukasi politik dan kampanye peran pemuda: menyediakan pendidikan politik yang komprehensif kepada pemilih pemula. Ini dapat dilakukan melalui program pendidikan politik di sekolah, seminar, lokakarya, atau forum diskusi yang mengajarkan tentang sistem politik, pentingnya partisipasi politik, dan proses pemilu.

Baca juga: Batam dan Jalan Ramah Anak

Kampanye pemuda dalam mengorganisir kampanye khusus yang ditujukan untuk pemilih pemula. Kampanye ini dapat melibatkan pemuda dalam kegiatan yang menarik seperti konser, pertemuan, atau kegiatan olahraga yang sekaligus memberikan informasi tentang pentingnya hak suara dan partisipasi politik.

Kedua, pendekatan media sosial: Memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai pemilu dan keterlibatan pemilih pemula. Melalui kampanye digital yang kreatif dan edukatif, seperti video pendek, infografis, atau penggunaan tagar (#) yang relevan, dapat meningkatkan kesadaran dan minat pemilih pemula dalam berpartisipasi dalam pemilu.

Ketiga yaitu melakukan kolaborasi dengan komunitas pemuda: Bekerjasama dengan organisasi pemuda, komunitas mahasiswa, atau lembaga pemuda lainnya untuk mengadakan acara, diskusi, atau pertemuan yang mendorong partisipasi pemilih pemula. Kolaborasi ini dapat memperluas jangkauan dan dampak pesan tentang pentingnya terlibat dalam pemilu.

 

Tolak Politik Uang dan Politik Identitas

Generasi muda memiliki peran krusial dalam menolak praktik politik uang dan politik identitas dalam pemilu 2024. Upaya mereka dalam mendorong transparansi, integritas, dan kesadaran politik dapat membantu menciptakan sistem politik yang lebih bermartabat dan mewakili kepentingan masyarakat secara adil (merit system).

Politik uang dan politik identitas masih menjadi persoalan serius yang harus kita hadapi dalam pesta demokrasi kedepan. Politik uang masih menjadi wacana bagaimana modal dan perolehan suara masih menjadi factor ketergantungan yang tinggi ditengah isu kesejahteraan masyarakat kita yang masih berkutat dengan garis kemiskinan. Ditambah lagi dengan politik identitas yang direkayasa sedemikian rupa sehingga memunculkan pembelahan (polarisasi) tidak sehat di masyarakat yang memunculkan sikap permusuhan.

Menjadi penting untuk menyoal bagaimana melibatkan elemen pemuda itu sendiri dalam menjawab persoalan klasik di atas. Diantaranya, pertama, generasi muda dapat berperan sebagai pelopor dalam membongkar praktik politik uang. Dengan semangat keadilan dan anti-korupsi, mereka dapat mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif dari politik uang dan memperkuat kesadaran akan pentingnya memilih berdasarkan kualitas calon dari rekam jejak, program dan visi mereka, bukan atas iming-iming uang atau barang.

Kedua, generasi muda dapat berkontribusi dalam menolak politik identitas yang memecah belah masyarakat. Mereka dapat memperjuangkan politik inklusif yang mengedepankan persatuan dan menghargai keragaman. Dengan cara ini, politik identitas yang hanya menonjolkan perbedaan akan tergeser oleh politik yang lebih fokus pada solusi dan kesejahteraan bersama.

Ketiga, melalui pemanfaatan teknologi dan media sosial, generasi muda dapat menyebarkan pesan dan kampanye yang mengajak masyarakat untuk kritis dan bijaksana dalam menghadapi politik uang dan politik identitas. Mereka dapat menciptakan gerakan online yang mengajak pemilih untuk tidak terjebak dalam narasi sempit dan berpikir rasional dalam mengambil keputusan politik.

Keempat, generasi muda juga dapat berperan sebagai pemantau dan pengawas dalam pemilu. Mereka dapat bergabung dengan lembaga pemantau pemilu dan aktif dalam melaporkan pelanggaran atau kecurangan yang terjadi selama proses pemilihan. Melalui upaya ini, mereka turut berperan menjaga integritas pemilu dan mengawal proses demokrasi yang adil.

Terakhir, generasi muda harus memperkuat keterlibatan mereka dalam politik dan mencalonkan diri sebagai pemimpin masa depan yang berintegritas dan berkomitmen untuk mewujudkan perubahan yang positif. Dengan menjadi bagian dari sistem politik, mereka dapat membawa perubahan dari dalam dan menunjukkan kepada generasi sebelumnya bahwa politik dapat dijalankan tanpa praktik korupsi atau manipulasi identitas.

Peran dan upaya generasi muda menjadi penting dalam menolak segala upaya politik uang dan politik identitas di pemilu 2024. Dengan semangat keadilan, kesadaran politik, dan dedikasi untuk mengedepankan kepentingan masyarakat, mereka dapat membawa perubahan yang positif dan memberikan kontribusi berarti untuk kemajuan demokrasi di Indonesia.

Akhir kata "Jika bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?" Pemuda memiliki kekuatan dan semangat untuk mengambil tindakan, menciptakan perubahan positif, dan membentuk masa depan yang lebih baik. Mereka adalah agen perubahan yang tidak takut untuk berdiri di garis depan, menghadapi tantangan, dan memperjuangkan nilai-nilai keadilan, keberagaman, dan kesetaraan. Pemuda harus menjadi pelopor dari perubahan itu sendiri atau hanya berakhir menjadi kiasan jualan politik semata.

Penulis adalah Ketua Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Provinsi Kepulauan Riau; Sekretaris Forum Pemuda Lintas Agama Kepri; Dosen PTS di Kota Batam.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews