Anak Hilang Versus Orang Tua yang Tak Mau Mendengar

Anak Hilang Versus Orang Tua yang Tak Mau Mendengar

Dr. H. Irfan Aulia, M.Psi. (Foto: dok.pribadi)

Oleh: Dr. H. Irfan Aulia, M.Psi

DI BEBERAPA media siber di Kepulauan Riau (Kepri), kita cukup sering membaca berita tentang anak remaja yang hilang. Alih-alih setelah berita tersebut sepekan atau dua pekan kemudian sudah ditemukan, rupanya di rumah temannya.

Ini merupakan salah satu bentuk protes remaja terhadap orang tua yang mungkin kurang mau mendengar.

Protes merupakan satu ekspresi saat seseorang tidak merasa didengar. Ketika kecil anak bisa protes dengan cara menangis yang keras sehingga orang tua dapat memenuhi permintaan.

Ketika semakin dewasa protes ini dapat terwujud dengan cara meninggalkan rumah. Meninggalkan rumah dan kemudian menghilang dari sudut psikologis dapat menjadi ekspresi protes kepada orang tua.

Baca juga: Menjadi Pribadi yang Lebih Baik `Refleksi Tahun Baru Islam 1445 Hijriah`

Protes ada banyak macamnya dan menghilang dapat menjadi salah satu metode protes. Hal ini terjadi ketika anak merasa diabaikan dan tidak didengar.

Untuk dapat mengatasinya, kita tidak dapat menyalahkan anak. Mulai dari mengevaluasi kuantitas dan kualitas kedekatan kita dengan anak. Kedekatan kecil seperti mengantar anak bermain.

Meluangkan waktu untuk menemani main gawai dan menonton youtube. Bercanda dan berdialog dapat membuat kanal-kanal yang tadinya tertutup menjadi terbuka.

Tantangannya adalah mempertemukan antara harapan dengan realita. Orang tua ingin anak tidak nonton youtube atau main game online, namun sudahkah kita masuk ke dunianya, mendengarkan ceritanya.

Baca juga: Kontribusi MUI dalam Membangun Indonesia yang Maju Secara Ekonomi Melalui Keberagaman

Inginnya anak menuruti perintah, namun sejauh mana kita mau bertanya dan memahami jalan pikiran anak.

Memang tidak mudah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan sebagai orang tua yang bekerja. Namun jauh lebih sulit kalau kemudian kita meluangkan waktu ketika anak anak sudah bermasalah.

Meluangkan waktu melakukan hal hal kecil akan memudahkan kita membuka ruang komunikasi dengan anak.

Harapannya saat mereka tidak setuju dan mau protes, mereka sudah punya cara dan ekspresi yang tepat karena mereka tahu ada orang tua yang siap mendengarkan.

Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang bijak dan mampu mendengar dan menyikapi keluh kesah anak.

Penulis adalah psikolog muda yang saat ini berdomisili di Batam


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews