Dikukuhkan Jadi Guru Besar UMRAH, Profesor Abdul Malik Kisahkan Raja Ali Haji  

Dikukuhkan Jadi Guru Besar UMRAH, Profesor Abdul Malik Kisahkan Raja Ali Haji  

Sidang terbuka senat Universitas Maritin Raja Ali Haji Prof. Dr. Drs. H. Abdul Malik, M.Pd

Tanjungpinang, Batamnews - Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), melalui sidang terbuka senat mengukuhkan Prof. Dr. Drs. H. Abdul Malik, M.Pd sebagai guru besar Bidang Ilmu Bahasa dan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMRAH, yang dalam orasi ilmiahnya mengangkat judul Raja Ali Haji dengan kalam deklarasi bangsa.

“Belum ada orang sehebat Raja Ali Haji yang kiprahnya, sampai saat ini karya-karyanya terus dikenal dikenang, dan diteliti oleh berbagai pakar dari berbagai bangsa dan negara yang ada di dunia,” ujarnya saat membuka orasi ilmiahnya, Kamis (8/6/2023).

Pria Kelahiran Lubuk Puding, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri yang pernah mengalami beberapa jabatan strategis, di Provinsi Kepri khususnya di bidang pendidikan dan menjadi salah satu pejuang terbentuknya Provinsi Kepri ini, mengungkit kisah silam Raja Ali Haji seorang intelektual melayu yang begitu melegenda.

“Dalam sebuah buku karya ilmuan Eropa menyebutkan, bahwa Raja Ali Haji adalah orang yang sangat bersahabat dengan semua golongan dan ilmuan dunia manapun, tapi sangat anti dengan penjajah dan kolonialisme,” ujarnya.

Dalam orasinya Abdul Malik menyebut, bahwa Raja Ali Haji adalah perintis Emansipasi perempuan pertama yang ada di Indonesia, hal itu menjelma dalam karya pertamanya, yaitu Syair Abdul Muluk yang menceritakan, bagaimana kisah seorang Sultan Abdul Muluk yang kemudian menikahi istrinya seorang perempuan bernama Siti Rafiah yang berhasil Meraih singgasana untuk memerdekakan kerajaannya.

“Dalam sebuah Karya tuhfat al-Nafis, Raja Ali Haji pernah berkata kasar padahal selama hidupnya tidak pernah berkata kasar, yaitu ketika Sultan Mahmud Riayatsyah berhasil mengalahkan Belanda dalam tulisannya RAH berkata, seeokor Holanda pun tiada lagi tinggal di Negeri Riau,” paparnya.

Abdul Malik juga menceritakan begitu gigihnya seorang Raja Ali Haji dalam melawan penjahah, melalui karya-karya intelektual sastranya, dengan membuat beberapa karya di masa penjajahan belanda yang bentunya secara berani melawan penjajahan waktu itu, yang ditujukan kepada kolonial dan dunia.

“Salah satu motivasi persatuan Bangsa Indonesia, Nusantara ini tertulis dalam mukadimah Bustan al-Katibin yang isinya Segaja pekerjaan pedang itu boleh diperbuat dengan kalam, adapun pekerjaan kalam itu tidak boleh diperbuat oleh pedang. Dan berapa ribu dan laksa pedang yang sudah terhunus, maka dengan segores kalam jadi tersarung," kata Abdul Malik.

Menjelang akhir orasinya, Profesor Abdul Malik juga menekankan bahwa Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu, dan Deklarasi Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang menyatakan bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia hanyalah mengganti nama Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai pemersatu untuk seluruh rakyat Nusantara Indonesia.

Kemudian di penutup orasinya Abdul Malik juga menceritakan singkat tentang awal berdirinya Universitas Mariti Raja Ali Haji, yang mana beliau salah satu konsorsiumnya dibawah perintah langsung oleh Mantan Gubernur Kepulauan Riau waktu itu, yaitu Bapak Ismet Abdullah. Dan beliau yang waktu itu juga dipercayakan, sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews