Dentuman Meriam Bambu yang Mulai Menghilang saat Bulan Ramadan di Lingga

Dentuman Meriam Bambu yang Mulai Menghilang saat Bulan Ramadan di Lingga

Ilustrasi anak-anak bermain meriam bambu.

Lingga, Batamnews - Permainan tradisional meriam bambu kini sudah jarang ditemui. Dulu meriam bambu, atau kerap disapa bedil-bedilan ini menjadi sesuatu kegiatan yang dilakukan remaja dan anak-anak di bulan Ramadhan . Tak terkecuali di Provinsi Kepri .

Namun kegiatan tersebut termasuk langka saat ini. Apalagi perkembangan zaman dan modernisasi menjadikan kegiatan tradisi ini perlahan menghilang. Apalagi Meriam Bambu kini ikut tersingkir oleh petasan yang terbuat dari kertas dan bubuk mesiu.

Di Kabupaten Lingga , Kepri, khususnya Daik Lingga sudah jarang terdengar suara dentuman meriam bambu atau lebih dikenal dengan sebutan `bedil` itu.

Baca juga: Pintu Gerbang hingga Ribuan Lampu Pelita Hiasi Malam 7 Likur di Lingga

Ada dua bahan bakar yang biasa dipakai. Karbit atau minyak tanah. Karbit dipotong dalam ukuran kecil, kemudian dicampur air dan dimasukkan ke dalam bedil. Apabila memakai minyak tanah. Minyak cukup dimasukkan ke dalam bambu, kemudian bambu yang sudah dilubangi di disulut dengan api.

Jika memainkannya dengan minyak tanah, bedil tidak langsung berbunyi. Butuh proses. Bedil harus ditiup, kemudian disulut api, begitu lah hingga bagian bedil panas.

Setelah mulai panas, bedil akan mulai mengeluarkan bunyi mulai dari perlahan hingga kuat. Bedil biasanya dibuat dari bambu besar dan berkulit tebal dan liat.

Pasalnya, kekuatan ledak bedil kadang membuat bambu pecah. Ada pula yang menyebutkan, semakin besar bambu maka semakin kuat juga bunyi yang dihasilkan bedil tersebut.

Cara membuatnya pun sederhana. Bambu dipotong beberapa ruas. Ruas bambu dilubangi, kecuali ruas terakhir di mana ada lobang kecil untuk disulut api.

"Dhuarrr!!" suara menggelegar.

Pada masa jayanya, bedil atau meriam bambu ini biasa dimainkan anak-anak dan remaja pada bulan Ramadan. Lantas ia pun menjadi tradisi. Sayangnya, beberapa tahun terakhir ini, nyaris tak ada yang memainkan tradisi leluhur ini.

Baca juga: Tergerus Zaman, Tradisi Meriam Bambu di Lingga Kini Diperlombakan

Ia ditelan permainan yang dianggap lebih kekinian. Jika tak dipertandingkan seperti tahun lalu yang pernah digelar Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga, maka permainan ini pun jarang dimainkan.

Bahkan saat ini, sudah ada bedil jenis baru. Bukan dari bambu, melainkan dari pipa paralon dan ada juga dari kaleng bekas yang disambung menggunakan lakban.

Kehadiran bedil modifikasi ini pun mulai menenggelamkan bedil bambu yang dulunya sering dimainkan. Terlebih dengan hadirnya petasan.

Bedil bambu pun seolah tak dilirik lagi. Hanya segelintir anak-anak saja yang memainkannya. Suaranya pun sayup-sayup mulai hilang. Biasanya suara dentuman bedil sahut-sahutan menjelang waktu berbuka puasa atau usai salat tarawih. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews