Ini 5 Fakta dan Temuan TGIPF Tragedi Kanjuruhan

Ini 5 Fakta dan Temuan TGIPF Tragedi Kanjuruhan

Suasana kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. (Reuters)

Jakarta - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) telah selesai melakukan investigasi terkait tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Menko Polhukam Mahfud MD membeberkan fakta-fakta mengejutkan terkait kerusuhan yang menewaskan 132 suporter Aremania tersebut.

Laporan hasil investigasi itu diserahkan TGIPF kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (14/10/2022) siang.

Berikut fakta-fakta yang ditemukan TGIPF Tragedi Kanjuruhan:

1. Kondisi Korban Jauh Lebih Mengerikan

Mahfud MD menyebut, situasi berjatuhannya korban saat insiden itu jauh lebih mengerikan, dibanding yang beredar di media. Hal itu dilihat TGIPF dari CCTV yang dimiliki aparat.

Baca juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Semua Menghindar dari Tanggung Jawab

"Fakta yang kami temukan korban yang jatuh itu proses jatuhnya korban itu jauh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun di medsos, karena kami merekonstruksi dari 32 CCTV yang dimiliki oleh aparat," kata Mahfud saat jumpa pers di Istana Negara.

Menurut Mahfud, efek dari semprotan gas air mata sangat mengerikan. Para suporter mati terinjak-injak karena saling berebut keluar stadion. Ditambah laporan dari tim, pintu-pintu evakuasi hanya terbuka kecil dan sempit.

2. Gas Air Mata Penyebab Kematian

Fakta berikutnya adalah gas air mata menjadi penyebab kematian massal suporter Aremania. Mahfud mengatakan gas air mata yang ditembakkan polisi membuat suporter panik, berhamburan dan berdesak-desakan menuju pintu keluar. Akibatnya, banyak suporter akhirnya meninggal, cacat dan kritis di rumah sakit.

"Yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan. Itu penyebabnya," kata Mahfud.

Baca juga: Turut Berduka, Jumlah Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Kini 132 Orang

BRIN juga dilibatkan untuk melihat tingkat bahaya zat kimia pada gas air mata tersebut. Meski demikian, dia memastikan, apa pun hasil pemeriksaan BRIN itu tidak mengubah kesimpulan TGIPF bahwa penyebab kematian dalam tragedi Kanjuruhan adalah gas air mata.

"Adapun peringkat keterbahayaan atau keberbahayaan atau racun pada gas itu sekarang sedang diperiksa oleh BRIN badan riset dan inovasi nasional, tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa menyoreng kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," tegas Mahfud.

3. Suporter Mati Terinjak

Mahfud mengungkapkan, efek dari semprotan gas air mata sangat mengerikan. Para suporter mati terinjak-injak karena saling berebut keluar stadion.

"Jadi itu lebih mengerikan dari sekadar semprot mati, semprot mati gitu ada yang saling gandengan untuk keluar bersama satu bisa keluar yang satu tertinggal yang di luar balik lagi untuk nolong temannya terinjak-injak mati," ucapnya.

 

Selain itu, ada pula suporter yang memberikan bantuan pernapasan. Mereka tidak sadar karena terkena gas air mata.

"Ada juga yang memberi bantuan pernapasan, karena satunya sudah tidak bisa bernapas. Kena semprot juga mati gitu itu ada di situ, lebih mengerikan daripada yang beredar, karena ini ada di CCTV," ungkapnya.

4. PSSI Bertanggungjawab

Dalam tragedi ini, TGIPF telah meminta keterangan sejumlah pihak. Mulai dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) hingga panitia pelaksana laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Dalam proses pemeriksaan, pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan laga tersebut saling lempar tanggung jawab dengan berlindung di bawah aturan masing-masing.

TGIPF menyimpulkan PSSI harus bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan yang memicu ratusan orang meninggal dunia.

"Di dalam catatan kami disampaikan bahwa pengurus PSSI harus bertanggung jawab dan sub-sub organisasinya," kata Mahfud dalam konferensi pers.

5. Beri Napas Buatan Mati Kena Semprot

Fakta selanjutkan tak kalah mengerikan. Mahfud mengungkapkan, ada suporter yang memberikan bantuan pernapasan. Mereka tidak sadar karena terkena gas air mata.

"Ada juga yang memberi bantuan pernapasan, karena satunya sudah tidak bisa bernapas. Kena semprot juga mati gitu itu ada di situ, lebih mengerikan daripada yang beredar, karena ini ada di CCTV," kata Mahfud.

Hasil investigasi menunjukkan penyebab utama tewasnya ratusan suporter saat tragedi Kanjuruhan adalah gas air mata.

Dia mengungkapkan, gas air mata yang ditembakkan polisi membuat suporter panik, berhamburan dan berdesak-desakan menuju pintu keluar. Akibatnya, banyak suporter akhirnya meninggal, cacat dan kritis di rumah sakit. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews