BBM Sudah Naik tapi Tarif Ojol Masih Tetap, Driver Boncos!

BBM Sudah Naik tapi Tarif Ojol Masih Tetap, Driver Boncos!

ist

Jakarta - Harga BBM subsidi naik. Pertalite cuma Rp 7.650 per liter kini menjadi Rp 10.000 per liter. Hal itu pun dikeluhkan oleh driver ojek online. Modal naik karena harga BBM naik, namun tarif ojol tak kunjung mengalami penyesuaian.

Menurut Alfan seorang driver ojek online di bilangan Abdul Muis, Jakarta Pusat, modal untuk narik telah naik signifikan dengan kenaikan harga BBM. Sehari, Alfan harus membeli bensin 4-5 liter sekali narik. Selama ini dia mengisi Pertalite untuk kuda besinya, karena harganya paling murah.

Sebelum BBM naik, dia cuma butuh modal bensin untuk narik sebesar Rp 30.000-40.000 saja sehari. Kini, naik jadi Rp 40.000-50.000. Menurutnya, ada kenaikan biaya narik Rp 10.000-20.000 dengan adanya kenaikan harga BBM.

Baca juga: BBM Naik, Driver Ojol Minta Jatah Grab-Gojek Cs Dipotong dan Pasang Tarif Baru

"Coba itu baru bensin gocap sendiri, belum makan, kopi, rokok. Hitung-hitung udah mau Rp 100.000 sendiri modal jalan. Sehari narik paling berapa kita Rp 200.000 doang, untung-untung bisa lebih. Seringnya di bawah itu," ungkap Alfan via detikcom, Senin (5/9/2022).

Seharian narik, Alfan mengaku cuma bisa memegang paling mentok Rp 100.000 untuk dibawa pulang dengan adanya kenaikan harga BBM saat ini.

"Dua-tiga hari narik kemarin untung-untungan bawa pulang Rp 100.000, sepi. Sekarang sih hari kerja lumayan nih order-nya. Sebelum BBM naik bisa lebih dari itu," cerita Alfan.

Baca juga: Ditunda! Pemerintah Kaji Kenaikan Tarif Ojol

Alfan juga mengeluhkan kejelasan kenaikan tarif ojol. Harapannya juga adalah agar potongan-potongan dari aplikasi bisa dikurangi.

"Nah itu kagak jadi terus naiknya, BBM udah naik nih. Kalau bisa potongan juga diturunin. Itu kalau di aplikasi penumpang Rp 15.000 misalnya, paling di kita masuk berapa, cuma Rp 8.000-9.000 aja," ujar Alfan.

Tarif ojol memang tak kunjung mengalami kenaikan. Saat ini tarif yang masih berlaku adalah KM 348 tahun 2019. Jabodetabek masuk ke dalam tarif zona II.

 

Kalau dilihat dari patokan tarifnya di zona II, sekali narik penumpang, Alfan bisa mendapatkan maksimal Rp 10.000 dan minimal Rp 8.000 untuk 5 km pertama. Itu tergantung dari jam sibuk atau tidak, bila di jam sibuk mungkin akan lebih besar.

Nah bila orderan ternyata lebih dari 5 km, maka Alfan akan mendapatkan maksimal pendapatan sebesar Rp 2.000-2.500 per km berikutnya.

Di sisi lain, menurut Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO) Taha 'Ariel' Syafaril saat ini telah terjadi penurunan order sebesar 20-30% baik di ojek maupun taksi online. Masyarakat menurutnya masih kaget dan ragu untuk naik angkutan online karena mengira harga akan naik pesat.

"Penurunan 20-30% sekarang di order penumpang. Mereka kaget BBM naik jadi takut, mereka nunggu kejelasan juga soal tarif. Tapi saya harap sih ini cuma kagetan aja," ujar Ariel ketika dihubungi detikcom.

Menurutnya, sejauh ini para driver angkutan online bisa mengalami penurunan pendapatan sekitar 15-20%, hal itu terjadi karena modal bensin harus naik Rp 30.000-50.000 sekali jalan.

"Yang dibawa pulang itu pasti berkurnag karena kan pengeluaran itu nambah, karena beli BBM itu kan utama buat kita. Ini nambah modal aja bisa Rp 30.000-50.000, ya mungkin bisa turun sekitar 15-20% ada lah pendapatan kita," ungkap Ariel.

Menurutnya, taksi online juga mengalami kenaikan modal bensin. Ariel sendiri selama ini juga berprofesi sebagai sopir taksi online. Dari pengamatannya, sehari narik sebuah mobil 1.200 cc butuh bensin 12-14 liter. Bila dahulu beli bensin cuma Rp 100.000-110.000 saja, kini bisa naik jadi Rp 140.000 maksimal.

"Ya dengan harga baru sekitar jadi Rp 140.000-an kan. Itu mobil 1.200 cc punya saya, kalau yang pakai 1.500 cc bisa Rp 160.000 lebih kali," sebut Ariel.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews