Akar Bhumi Sebut Pohon Jati Emas Pohon yang Salah untuk Penghijauan di Kota Batam

Akar Bhumi Sebut Pohon Jati Emas Pohon yang Salah untuk Penghijauan di Kota Batam

Pohon Jati Emas (ist)

Batam, Batamnews - Upaya penghijauan dan rehabilitasi telah banyak dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Namun tak sedikit pula yang mendapat kecaman dari pegiat lingkungan.

Dalam dua dekade terakhir, Pemko Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), telah berhasil dengan program penanaman Pohon Pulai di era Wali Kota Nyat Kadir. Lalu Pohon Oriana dimasa Ahmad Dahlan dan beberapa tahun lalu Muhammad Rudi memilih Pohon Ketapang Kencana yang diklaim telah ditanam sebanyak 1 juta pohon.

Menurut Founder NGO Akar Bhumi Indonesia (ABI), Hendrik Hermawan, mungkin lebih mengingat banyak pihak di luar pemerintah yang akhirnya mengikuti langkah tersebut. Penghijauan adalah kegiatan penanaman pohon di luar kawasan hutan dan rehabilitasi merupakan penanaman pohon di kawasan hutan.

Baca juga: NGO Akar Bhumi Indonesia: Perusak Lingkungan itu Orang Kaya, Bukan Rakyat Miskin

“Kami berikan apresiasi tinggi atas kesuksesan Ketapang Kencana yang cukup bagus pertumbuhannya. Kita bahkan sudah bisa berteduh di bawah pohon yang bertajuk lebar itu. Banyak pohon yang ditanam bahkan juga sudah berbuah, jadi lebih murah biaya pembibitannya," ujar dia, Kamis (25/8/2022).

Pohon Ketapang Kencana itu, katanya, mampu mengurangi atau mengantikan hilangnya pohon-pohon yang telah ditebang untuk pembangunan khususnya pelebaran jalan yang cukup banyak di Batam dalam 5 tahun terakhir.

Penghijauan yang dilakukan atas dana CSR perusahaan swasta bukan salah sasaran, namun bagi Hendrik salah 'senjata'. 

Baca juga: AJI Batam dan NGO Akar Bhumi Indonesia Nobar Film Dokumenter Kinipan

Kegiatan yang diinisiasi BP Batam tersebut cukup menumbuhkan budaya menanam dan mampu mendatangkan pengalaman menanam bagi semua komponen masyarakat Batam. Namun demikian, pihaknya menilai perencanaan penanaman ini tidak dilakukan dengan matang. 

"ABI melihat penanaman Pohon Jati Emas di sepanjang jalan dimulai dari Taman Dang Anom hingga Menuju Simpang Kepri Mall tidak tepat sama sekali. Pohon Jati termasuk pohon produksi yang tidak tepat jika ditanam sebagai penghijauan di bahu jalan yang relatif membutuhkan pohon yang teduh dan banyak daun hingga mampu menyerap emisi dari karbon hasil lalu lintas kendaraan bermotor," kata Hendrik.

Apalagi, lanjutnya, ada masa meranggas secara total. Artinya akan ada masa di mana pohon itu sama sekali tak berdaun, padahal kendaraan tak  berhenti berlalu-lalang sepanjang masa.

Selanjutnya: Karakter pohon jati emas

 

Karakter Pohon Jati yang bertekstur keras juga menunjukkan bahwa pohon itu bukanlah jenis tanaman untuk serapan air, padahal Batam bukan saja butuh oksigen dan penyerap karbon saja namun juga menghadapi kendala dengan banjir sehingga butuh pengikat alami yakni pohon yang sesuai dengan geologis. 

Diterangkan Hendrik, kondisi geologi Batam yang bertanah merah dan banyak mengandung logam juga ditakutkan tidak akan beradaptasi dengan baik. "BP Batam dan beberapa perusahaan pernah menanam Jati Genjah atau Jati Super lebih kurang 10 tahun yang  lalu tepatnya di Teluk Lenggung atau di Pintu DAM Duriangkang dari arah Punggur dan hanya tumbuh tak lebih dari hitungan jari tangan, pertumbuhannya pun cukup lambat," ujarnya.

Mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut. Diantaranya kurangnya perawatan atau sebab lain seperti ulah hewan atau manusia ataupun sebab alam. 

ABI menyarankan untuk penggantian jenis pohon yang lebih sesuai dengan kebutuhan akan pohon, bukan saja sebagai bagian dari hidrologi atau proses perjalanan air sebagai unsur penting bagi kehidupan, namun juga sebagai fungsi lindung udara. 

Hendrik menjelaskan, saat emisi karbon tidak terserap oleh pohon, maka akan naik ke udara dan menyebabkan pantulan matahari dari bumi yang tidak dapat dipantulkan secara maksimal sehingga menyebabkan pemanasan global. 

Hal ini sesuai dengan kebijakan bersama dunia tentang mitigasi dan adaptasi perubahan alam atau climate change.

"Akar Bhumi Indonesi dan NGO Lingkungan yakni Beriginesia serta Yayasan Air Indonesia telah bersama menanam pohon beringin kuning di sepanjang jalur hijau (tengah jalan) dari Legenda Malaka hingga Simpang Bandara. Ada sebagian dijalur kiri dari bandara hingga Simpang KDA.

Total lebih dari 1.200 pohon beringin telah ditanam dengan pembiayaan sendiri," ujar dia.

Namun, pihaknya juga mengapresiasi Dinas Pertamanan Batam yang terlibat merawatnya. "Ini sebagai informasi bahwa kami bergerak secara paralel dalam pemulihan lingkungan yakni edukasi, konservasi dan advokasi," tuturnya.

Kondisi degradasi lingkungan secara global membutuhkan percepatan kegiatan secara menyeluruh dari semua unsur masyarakat dan negara.

 

Ada beberapa jenis pohon yang baik untuk penghijauan jalan, diantaranya Raintree atau Trembesi. Jenis pohon ini ditanam oleh BP Batam pada masa awal. Namun sayang, kini pohon-pohon itu sudah banyak hilang akibat pelebaran. 

Bahkan, tambahnya, Otorita Batam pada masa itu melakukan inventory jumlah Pohon Trembesi yang ditanam dan dimasukkan dalam aset pemerintah.

Artinya pohon itu memiliki nilai ekonomis dari fungsinya. Pohon Trembesi ini memang umum ditanam di bahu jalan mengingat kemampuannya dalam mengikat air, tidak rentan dengan penyakit pohon, bertajuk rindang, dahan melebar serta kemampuan pohon dalam gutasi.

Adapun jenis yang lain adalah pohon endemik semisal Pulai dan Oriana akan lebih menunjang daya dukung lingkungan di Batam yang memiliki kerentanan tinggi meningkat daya tampungnya yang terbatas.

"Karena penghijauan di bahu jalan bukan menitik beratkan pada ekonomi namun lebih pada fungsi pohon untuk semua makhluk hidup. Apakah kita menanam Pohon Jati itu untuk kita tebang suatu hari lagi dan menjualnya atau mengunakannya? Kita tidak ingin paradigma ekonomi ada dibalik penanaman Pohon Jati Emas, baik itu dari proses pengadaan bibit ataupun tujuan penanaman," pungkasnya. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews