Serangan Bajak Laut dan Perampokan Bersenjata Meningkat di Selat Singapura

Serangan Bajak Laut dan Perampokan Bersenjata Meningkat di Selat Singapura

Ilustrasi. (Foto: istockphoto)

Singapura - Kasus perampokan bersenjata di Selat Singapura mencatat peningkatan pada semester pertama tahun ini, namun melibatkan sejumlah kecil kapal yang menggunakan perairan tersebut.

Pusat Berbagi Informasi Perjanjian Kerjasama Regional Melawan Pembajakan dan Perampokan Bersenjata Terhadap Kapal di Asia (ReCAAP), mengatakan 27 kasus dilaporkan antara Januari dan Juni tahun ini di perairan itu, juga termasuk yang tersibuk di dunia.

Jumlah tersebut meningkat tujuh kasus dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari 27 kasus yang dilaporkan, 19 di antaranya terjadi di jalur timur dalam Skema Pemisahan Lalu Lintas, dengan satu klaster kasus terjadi di sekitar Pulau Nongsa dekat Pulau Batam, Indonesia.

Dia menjelaskan bahwa pada semester pertama tahun ini terjadi peningkatan kasus serangan bajak laut dan perampokan bersenjata di seluruh perairan di Asia, dengan 42 kasus dilaporkan dibandingkan dengan 38 kasus untuk periode yang sama tahun lalu.

Pembajakan mengacu pada serangan di perairan internasional, sedangkan perampokan bersenjata adalah serangan di perairan nasional.

Direktur Eksekutif Pusat Berbagi Informasi ReCAAP, N Krishnaswamy, mengatakan peningkatan tersebut kemungkinan karena dampak ekonomi dari COVID-19, yang menyebabkan lebih banyak individu memilih untuk melakukan kejahatan di laut.

Namun, kata dia, kasus tersebut masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan jumlah kapal dagang yang menggunakan Selat Singapura yang mencapai hampir 1.000 kapal setiap harinya.

"Kasus kriminal menunjukkan peningkatan, namun masih kecil dibandingkan jumlah lalu lintas di perairan tersebut," katanya dilansir Berita Harian, Kamis (21/7/2022).

Dia menjelaskan, peningkatan laporan juga dapat menunjukkan tingkat kepercayaan pengemudi perahu terhadap tindakan aparat penegak hukum jika mengalami ancaman.

Dalam kasus yang dilaporkan, pelaku tidak menggunakan senjata untuk mengancam atau melukai awak kapal, kecuali dalam satu kasus.

Dalam satu kasus itu, penjahat mengancam seorang anggota kru dengan pisau, mendorongnya ke lantai dan mengikatnya di ruang mesin.

Awak kapal berhasil melarikan diri dan memberi tahu teman-temannya yang lain, tetapi para penjahat sudah melarikan diri dengan bagian-bagian mesin.

Sebagian besar perampokan bersenjata di Selat Singapura terjadi pada malam hari, melibatkan dua hingga lima penjahat, yang menargetkan kapal-kapal besar untuk mencuri suku cadang mesin, perlengkapan kapal, dan besi tua.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews