Saran Psikolog Agar Liburan Tak Malah Bikin Stres

Saran Psikolog Agar Liburan Tak Malah Bikin Stres

ilustrasi

Jakarta - Liburan panjang pada momen lebaran seharusnya menjadi waktu yang bahagia bersama keluarga dan kerabat. Namun, tidak jarang momen liburan justru melahirkan stres dan kecemasan pada sebagian orang.

Stres yang dialami seseorang ketika menikmati masa liburan dikenal dengan 'holiday blues'.

Menurut Psikolog Klinis Dewasa dari Tigagenerasi Psychology Center, Alfath Hanifah Megawati, salah satu penyebab holiday blues adalah ekspektasi bahagia yang tidak tercapai ketika liburan berlangsung. Mindset 'harus bahagia saat liburan' itu secara psikologis bisa menekan diri seseorang untuk tidak boleh merasakan perasaan lain, selain bahagia.

"Emosi-emosi yang tidak berkaitan dengan bahagia, jika semakin ditekan itu justru akan semakin meletup sehingga semakin bergejolak dalam diri kita," ungkap Hanifah, Jumat (6/5/2022).

"Pada beberapa orang, ini menjadi hal yang cukup fatal. Hal yang tidak sesuai rencana itu membuat dia sangat sedih," sambungnya.

Sementara itu kecemasan dan stres yang dialami seseorang ketika liburan, bisa memanjang hingga liburan berakhir. Hal ini tentu saja mengakibatkan turunnya rasa semangat dalam menjalankan rutinitas harian setelah berlibur, seperti bekerja atau masuk sekolah.

Menurut psikolog klinis Nuzulia Rahma Tristinarum dari Pro Help Center, kondisi ini biasa disebut juga sebagai 'post-holiday blues'. Kondisi mental yang biasanya ditandai dengan stres, cemas, dan kondisi tidak bersemangat setelah liburan panjang.

"Suatu kondisi mental yang seringnya muncul dalam bentuk stres, kecemasan, kesedihan, tidak bersemangat, yang muncul setelah liburan, khususnya liburan yang panjang," ujarnya, Jumat (6/5/2022).

Rahma berpendapat, selain disebabkan stres akibat liburan yang tidak sesuai ekspektasi, post-holiday blues juga bisa terjadi karena kelelahan secara fisik dan psikis yang membuat energi terkuras habis selama liburan.

"Saat liburan terlalu bersemangat, terlalu happy, terlalu banyak kegiatan sehingga ketika selesai berlibur energinya terkuras habis, merasa kelelahan secara fisik dan psikis," terangnya.

Untuk menangani stres berkepanjangan akibat liburan, Hanifah memberikan beberapa catatan agar kita mampu menghadapi keadaan ini lebih baik, berikut pesannya:

Membuat ekspektasi yang realistis

Hanifah berpendapat agar kita membuat ekspektasi yang realistis selama liburan. Ia juga menyarankan menyiapkan ekspektasi tandingan sebagai alternatif ketika ekspektasi utama tidak terpenuhi.

"Bisa memulai ekspektasi sederhana yang aku bisa capai, tapi bikin juga ekspektasi tandingan ketika hal itu tidak tercapai. Biasanya kita lupa, ketika punya ekspektasi harus itu, harus saklek. Padahal dalam regulasi emosi harus ada acceptance, jadi kita perlu bikin ekspektasi tandingan. What if? Jika ekspektasi saya tidak tercapai. Apa yang bisa saya lakukan?," sarannya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews