Harga Tepung Sagu Meroket di Meranti, Pedagang Mie Sagu Mengeluh

Harga Tepung Sagu Meroket di Meranti, Pedagang Mie Sagu Mengeluh

ilustrasi

Meranti, Batamnews - Saat dunia usaha khususnya pelaku UMKM di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau mulai bangkit, kebutuhan bahan baku pula yang kian melonjak.

Padahal sekitar 2 tahun UMKM terpuruk akibat pandemi Covid-19. Harga tepung sagu misalnya, makin hari kian melambung hingga berlipat-lipat.

Baca juga: Bupati Nizar Bakal Gandeng BPPT Bikin Produk `Mie Sagu`

UMKM yang bergerak di bidang olahan khusus mie sagu misalnya mengeluhkan adanya kenaikan bahan baku yang terjadi beberapa kali dalam seminggu.

Ihwal tersebut diungkapkan oleh salah satu pengusaha mi sagu di Kota Selatpanjang, Meranti, Salmah, Selasa (5/4/2022).

"Awalnya paling perkarung (tepung sagu) 50 kilo itu Rp 280 ribu. Sekarang sudah Rp 300 lebih," ujar wanita paruh baya itu.

Sama halnya dengan pengusaha mi sagu yang lain, Salmah merasa tercekik dengan kenaikan bahan pokok itu. Belum lagi beberapa bahan pangan harian lain yang juga lebih dulu harganya melambung.

Kenaikan harga tepung sagu itu secara tidak langsung memberatkan para pelaku UMKM untuk bangkit di tengah keterpurukan akibat Covid-19.

Saat ini, ia menjual mi sagu per bungkus dengan harga Rp 4.000. Dalam satu bungkus beratnya 500 gram. "Kalau sudah naik macam gini mau berapa harga mi sagu kita jual?," katanya.

Dikatakan Salmah, tepung sagu yang sebelumnya seharga Rp 280 ribu perkarung naik jadi Rp 320 ribu. Kemudian naik lagi menjadi Rp 350 ribu dan terakhir menjadi Rp 380 ribu perkarung. 

Artinya, sudah tiga kali kenaikan harga terjadi pada komoditas sagu di Meranti. Bahkan, kenaikan harga hanya berlangsung sepanjang sepekan.

"Dalam seminggu ini naik terus. Sudahlah naik, sekarang sagu pun langka. Ada sebagian dari kami (pengusaha mi sagu) yang setop produksi," kata Salmah.

Baca juga: Bulog Luncurkan Mie Sagu Dukung Diversifikasi Pangan

Nasib pengusaha mi sagu Meranti saat ini ibarat "ayam mati di lumbung padi". Dijuluki sebagai kabupaten penghasil sagu terbesar dan terbaik di Indonesia, tapi malah sulit mendapat tepung sagu dengan harga yang terjangkau.

Ia minta pemerintah tak diam saja bersantai dalam gejolak yang dirasakan masyarakat. Harus ada solusi dan penekanan terhadap bahan baku sagu yang dibutuhkan pelaku UMKM setempat.

"Pak Bupati (Muhammad Adil), tolong, lah. Kami ini mau bangkit lagi, bisa tidak bantu kami sekarang ini. Jangan urus persoalan honorer saja, ada banyak hal lain yang harus dilihat," katanya. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews