Setelah Paris Diserang, Benarkah Russia dan AS akan Bekerjasama Perangi ISIS di Suriah?

Setelah Paris Diserang, Benarkah Russia dan AS akan Bekerjasama Perangi ISIS di Suriah?

Presiden AS Barack Obama (kiri) berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan penasehat keamanan Susan Rice (kedua kiri) sebelum sesi pembukaan KTT bersama 20 pemimpin negara, Antalya, Turki, November 15, 2015. Reuters / Cem Oksuz / pool (ibtimes)

BATAMNEWS.CO.ID, New York - Presiden Amerik Serikat (AS) Barack Obama berdiskusi secara seru dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama lebih dari setengah jam pada hari Minggu (15/11/2015) di sela-sela acara multinational security cenerence di Turki. Peristiwa tersebut memicu adanya dugaan bahwa mereka akan bekerjasama memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah.

Seperti dilansir dari media International Business Times (ibtimes), diskusi seru antara Obama dengan Putin tersebut terkait dengan peristiwa penyerangan yang baru saja terjadi di Paris. Serangan di Paris itu dikatakan telah menegaskan kemampuan ISIS untuk berkembang dan menyebar.

ISIS diyakini sebagai pihak yang menjadi otak teror di Paris. Serangan ini dianggap telah menjadi tekanan bagi Moskow dan Washington untuk menyelesaikan perang sipil di Syria yang telah menjadi daya tarik bagi ISIS untuk melakukan rekrutmen.

Menurut pejabat Gedung Putih yang tidak mau diseutkan namanya, dalam diskusi tersebut Obama dan Putin sama-sama berminat untuk menyelesaikan konflik di Suriah melalui PBB. Sebenarnya, mereka pun pernah memperbincangkan hal yang sama sebelumnya.

Namun pakar keamanan nasional di Amerika meragukan hal tersebut.

“I don’t see this resulting in a change in underlying policy and the level of cooperation,” kata James F. Collins, mantan duta besar AS untuk Rusia dan asosiasi senior di Carnegie Endowment for International Peace, sebuah lembaga riset di Washington.

James F Collins mengatakan, ia tidak melihat adanya akibat dari kejadian tersebut terhadap perubahan kebijakan atau tingkat kerjasama ini. Menurutnya, ada sejumlah pertentangan dan ketidakpercayaan mengenai apa yang terjadi di Syria.

Seperti yang diketahui, Obama dan Putin memiliki sikap yang berbeda atas konflik di Suriah. Pemerintahan Obama ingin mengakhiri kepemimpinan Bashar Assad, sedangkan Putin sebaliknya.

Sumber: Ibtimes

[rul]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews