Kata Sendu Bersembunyi di Sajak `Jejak Hujan` Karya Rida K Liamsi

Kata Sendu Bersembunyi di Sajak `Jejak Hujan` Karya Rida K Liamsi

Fatihah Zulfa, Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (foto:ist)

Oleh: Fatihah Zulfa

Jejak Hujan

Rasa rinduku padamu adalah jejak hujan

Yang aku tak tahu dimana luruhnya dan kemana akan bermuara

Dan aku hanya ingin mencatat di sisa-sisa kelelahan musim

Aku memandang sebuah keteduhan diterang mata mu

Dan aku terdampar di samudranya

Puisi yang berjudul `Jejak Hujan` karya Rida K Liamsi merupakan salah satu dari banyaknya puisi yang ditulis beliau dalam sebuah buku Rose (Antologi Puisi Dwi Bahasa). Rida K Liamsi jika dibaca dari belakang (kanan ke kiri) maka akan muncul nama Ismail Kadir. Ismail Kadir adalah nama asli dari Rida K Liamsi. Beliau juga pernah menggunakan nama pena Iskandar Leo.

Ismail Kadir atau lebih dikenal dengan Rida K Liamsi lahir di Dabo Singkep, Provinsi Kepulauan Riau, 17 Juli 1943. Beliau pernah menjadi guru Sekolah Dasar (SD) sebelum terjun menjadi Jurnalis. Delapan (8) tahun menjadi seorang wartawan Tempo, Lima (5) tahun di Harian Suara Karya, kemudian ke Riau Pos hingga menjadi CEO Riau Pos Group (RPG).

Kumpulan puisinya Ode X (1971) dalam bentuk stensilan, Tempuling (2003). Novelnya Bulang Cahaya (2007). Mendirikan Yayasan Sagang, dimana sejak 1997 telah menerbitkan Majalah Budaya Sagang. Setiap tahunnya, sejak 1996 memberikan penghargaan kepada seniman dan budayawan, karya-karya budaya, institusi budaya, penelitian budaya serta jurnalisme budaya yang bernafaskan budaya Melayu yang diberi nama Anugrah Sagang.

Puisi Jejak Hujan karya Rida K Liamsi memiliki makna yang sangat erat hubungannya dalam kehidupan. Setiap kata yang terdapat dalam puisi `Jejak Hujan` itu memberikan pandangan akan seseorang dalam kehidupannya.

Seperti yang tersirat dalam kalimat `Rasa rinduku padamu adalah jejak hujan`, yang memiliki makna perasaan yang dirasakan oleh setiap orang. Entah itu rasa rindu kepada orang tua, saudara, sahabat, ataupun kekasihnya. Rasa rindu itu akan terobati jika ia bertemu dengan apa yang dimaksudnya.

`Yang aku tak tahu dimana luruhnya dan kemana akan bermuara` kalimat ini menyatakan bahwa seseorang belum menemukan tempat yang tepat untuk mencurahkan rasa rindu yang selama ini terpendam. Tidak semua rasa rindu itu bisa dicurahkan kepada setiap insan, tetapi rasa rindu itu akan dicurahkan kepada insan yang tepat.

`Dan aku hanya ingin mencatat di sisa-sisa kelelahan musim` berarti tidak semua hal bisa masuk ke dalam kehidupan dan hanya hal-hal terpenting yang menjadi bagian dalam cerita kehidupan. Dalam sisa-sisa waktu yang tidak tahu kapan berakhir hanya memikirkan hal-hal yang tidak merugikan diri sendiri.

`Aku memandang sebuah keteduhan diterang mataMu` memiliki makna dimana telah menemukan orang yang tepat untuk mencurahkan rindu yang telah menggebu-gebu. Sebuah harapan yang kini telah terjawabkan akan kehadiran insan yang menjadi tempat mencurahkan kerinduan yang selama ini terpendam.

`diterang mataMu` berarti memberikan pancaran yang menjadi sebuah jawaban akan kepastian. `Dan aku terdampar di samudranya` dalam kalimat ini menyatakan bahwa ia telah menetap dan menjadi sebuah cerita dalam kehidupannya. Rindu yang selama ini menjadi tanda tanya kepada siapa ia akan mencurahkan kini telah terjawabkan. Seorang insan yang telah mengisi kekosongan selama ini akhirnya menjadi tempat mengadu kerinduan yang selama ini di nantikan.

Dari puisi `Jejak Hujan` karya Rida K Liamsi mengajarkan kita bahwa tidak setiap rindu bisa kita luapkan kepada semua insan, tetapi melainkan kita memerlukan insan yang tepat untuk mencurahkan segala kerindukan. Carilah insan yang bisa menjadikan tempat untuk mencurahkan segala kerinduan. Jangan menjadi insan yang hanya datang lalu pergi, tetapi jadilah insan sebagai tempat berteduh dan menetap untuk dia yang telah menunggu.

`Tidak perlu kata janji, karena sering terjadi semua janji sirna tidak pernah ditepati, hilang, pergi, lalu datang kembali dengan membawa harapan yang tak pernah pasti`.

Penulis adalah Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews