Jakarta, Batamnews - Vaksin AstraZeneca menjadi salah satu vaksin yang digunakan dalam vaksinasi nasional. Vaksin ini juga telah mengantongi izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Berdasarkan laporan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Minggu (17/10/2021), diketahui efek samping dari vaksin AstraZeneca yang paling banyak dilaporkan di Indonesia adalah sakit kepala.

Masih, berdasarkan data KIPI, vaksin AstraZeneca justru lebih aman pada peserta berusia lebih tua dengan efek samping yang lebih ringan dan lebih jarang. Efek samping vaksin AstraZeneca juga lebih jarang terjadi pada peserta setelah vaksin kedua dan peserta lansia di atas 60 tahun.

"Dan juga di sini kita punya data bahwa usia yang lebih tua justru lebih aman. Lebih ringan dan lebih jarang setelah vaksin kedua dan lansia setelah di atas 60 tahun," kata Sekretaris Komnas KIPI Julitasari dalam webinar Tim Mitigasi IDI, Minggu (17/10/2021).

Sementara itu, saat konferensi pers penerbitan EUA Maret lalu, Kepala Badan POM Penny Lukito juga memaparkan deretan efek samping pada penggunaan vaksin AstraZeneca. Berdasarkan laporan studi klinis, vaksin ini umumnya bersifat sedang dan radang.

Penny menjelaskan efek samping yang sering dilaporkan, di antaranya reaksi lokal, seperti nyeri saat ditekan di area penyuntikkan, nyeri, kemerahan, gatal dan pembengkakan.

Pada reaksi sistemik, efek samping vaksin AstraZeneca yang banyak dilaporkan, seperti sakit kepala, nyeri otot, meriang, nyeri sendi, mual, dan muntah.

Berikut daftar efek samping vaksin AstraZeneca dari sisi reaksi lokal dan sistemik.

• Sakit kepala: lebih dari 50 persen
• Mual: lebih dari 20 persen
• Nyeri otot: lebih dari 40 persen
• Nyeri sendi: lebih dari 20 persen
• Lelah: 50 persen
• Tidak enak badan: lebih dari 40 persen
• Demam atau menggigil: lebih dari 30 persen
• Bengkak: lebih dari 60 persen
• Nyeri: lebih dari 50 persen

Sementara efek samping vaksin Astrazeneca (reaksi lokal dan sistemik) berdasarkan usia adalah sebagai berikut.

Reaksi lokal

• Usia 18-55 tahun: 76 persen
• Usia 56-69 tahun: 72 persen
• Usia di atas 70 tahun: 55 persen

Reaksi sistemik

• Usia 18-55 tahun: 65 persen
• Usia 56-69 tahun: 72 persen
• Usia di atas 70 tahun: 43 persen