65 Ribu Orang Nonton Final Euro 2020, Nggak Takut Corona?

65 Ribu Orang Nonton Final Euro 2020, Nggak Takut Corona?

Foto: AP

London, Batamnews - Gelaran Piala Eropa atau Euro 2020 resmi berakhir. Italia dinobatkan sebagai Campioni d'Europa setelah mengalahkan Inggris di partai final melalui adu penalti.

Dalam waktu normal plus perpanjangan 2x15 menit, kedua tim bermain imbang 1-1. Inggris unggul lebih dulu melalui gol Luke Shaw kala pertandingan belum berusia dua menit. Ini adalah gol tercepat di pertandingan final Piala Eropa

Keunggulan Tim Tiga Singa bertahan lebih dari jam. Baru pada menit ke-67 Italia mampu membalas melalui gol Leonardo Bonucci yang menyambar bola muntah hasil tepisan kiper Jordan Pickford.

Gol ini juga menjadi rekor baru. Bonucci adalah pemain tertua yang membikin gol pada partai final Piala Eropa.

Untuk menentukan pemenang, pertandingan harus dilanjutkan ke babak tos-tosan. Di sisi Italia, Andrea Belotti dan Jorginho gagal menjalankan tugas. Namun pemain Inggris yang gagal lebih banyak yaitu Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka.

Italia menang adu penalti dengan skor 3-2. In adalah gelar Eropa kedua bagi Si Biru setelah yang pertama diraih pada 1968.

 

Pertandingan final digelar di 'kandang' Inggris, Stadion Wembley. Sepanjang laga, suporter kedua negara tidak kenal lelah memberi dukungan.

Meski dunia masih dilanda pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi pintu Stadion Wembley sudah terbuka bagi penonton. Di laga final dini hari tadi, sekitar 65.000 suporter yang hadir membuat Wembley terihat semarak.

Apakah para suporter itu tidak khawatir tertular virus corona? Bukankah sekarang sudah hadir virus corona varian baru yang lebih menular?

Well, boleh jadi para penonton itu sudah membaca laporan terbaru dari New England Journal of Medicine. Laporan itu menyatakan vaksin buatan Moderna dan Pfizer-BioNTech mampu memberikan perlindungan terhadap virus corona varian kappa dan delta yang lebih menular itu.

Tulisan berjudul Infection and Vaccine-Induced Neutralizing-Antibody Responses to SARS CoV-2 B.1.617 Variants itu berkesimpulan mayoritas sampel konvalesen (19 dari 24 sampel atau 79%) mampu melawan virus corona varian B.1.617.1 atau kappa dan 23 dari 24 sampel (96%) mampu melawan varian B.1.617.2 atau delta.

"Dari seluruh sampel yang merupakan orang yang sudah divaksin, terdeteksi aktivitas netralisasi di atas rata-rata melawan dua varian tersebut dalam kurun waktu tiga bulan setelah penyuntika dosis kedua. Oleh karena itu, daya tahan tubuh setelah vaksinasi kemungkinan masih bertahan melawan virus corona varian B.1.617.1 dan B.1.617.2," sebut riset itu.

Di Eropa, vaksin yang banyak digunakan adalah yang bertipe mRNA. Vaksin jenis ini tidak menggunakan virus yang dimatikan untuk membuat tubuh membentuk memori untuk melawan virus corona, melainkan membuat partikel yang menyerupai bagian luar virus corona sehingga sistem imunitas bisa mengenali serangan.

Inggris adalah salah satu negara pertama yang menyuntikkan vaksin kepada warganya. Vaksin yang menjadi bekal Inggris adalah Pfizer-BioNTech, yang berjenis mRNA. Inggris pun menggunakan vaksin Moderna, yang juga bertipe mRNA. So, warga Inggris yang disuntik vaksin jenis ini kemungkinan punya daya tahan menghadapi varian kappa dan delta.

Vaksinasi anti-virus corona di Negeri Big Ben bukan kaleng-kaleng. Per 10 Juli 2021, Inggris sudah memberikan vaksin dosis penuh kepada 50,9% rakyatnya. Sudah sangat dekat menuju kekebalan kolektif (herd immunity).

 

Akan tetapi, dalam situasi seperti sekarang rasanya terlalu bahaya untuk mengambil risiko. Sebab walau vaksinasi sudah masif dan dibilang ampuh membetengi diri dari serangan virus corona varian kappa dan delta, tetapi kasus positif di Inggris tetap saja naik.

Per 9 Juli 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pasien positif corona di Inggris berjumlah 5.022.897 orang. Bertambah 31.977 orang dari hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif corona bertambah 24.166 orang per hari. Melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 10.113 orang saban harinya. Terlihat kurva kasus positif mulai naik.

Bukan tidak mungkin pertandingan final Piala Eropa di Wembley dini hari tadi waktu Indonesia bakal menjadi ajang penularan virus corona. Oleh karena itu, Inggris harus tetap waspada.

Apalagi WHO telah memberi wanti-wanti bahwa gelaran Piala Eropa membuat virus corona menyebar cepat di Benua Biru. Tuan rumah yang disebar ke 11 negara membuat mobilitas pemain, ofisial, dan suporter meningkat sehingga membuat risiko penularan menjadi lebih tinggi. Selain itu, jarang terlihat ada penonton yang memakai masker, apalagi menjaga jarak.

"Risiko penularan bukan hanya terjadi di dalam stadion. Kita juga harus memperhatikan bagaimana orang-orang bepergian. Apakah mereka pergi dengan bus atau konvoi kendaraan? Saat pertandingan selesai, apakah mereka berkumpul lagi di bar? Perilaku seperti ini terus berulang dan menjadi ajang penyebaran virus," tegas Catherine Smallwood, Senior Emergency Officer WHO, seperti dikutip dari Reuters.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews