Krisis Ambulans, Jenazah Pasien Corona di India Ditaruh di Atap Mobil

Krisis Ambulans, Jenazah Pasien Corona di India Ditaruh di Atap Mobil

Potret seorang pria membawa jenazah ayahnya menggunakan mobil.[Twitter]

New Delhi, Batamnews - Badai Covid-19 di India memunculkan beragam efek. Tak hanya minim alat kesehatan, namun ambulans pengangkut pasien pun mengalami krisis.

Alhasil, ada seorang warga yang terpaksa membawa jenazah ayahnya untuk dikremasi dengan menggunakan mobil pribadi. Jenazahnya diikat dan ditaruh di atap mobil.

The Sun melaporkan peristiwa terjadi di kota Agra, 160 mil jauhnya dari Delih, salah satu kota yang menjadi paling parah terkena dampak tsunami Corona.

Seorang putra lainnya melakukan tindakan putus asa ketika tidak ada ambulans yang tersedia untuk mengangkut almarhum ayahnya.

Sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan sebuah mobil yang di bagian atapnya terikat jenazah yang ditutupi selimut.

India Today melaporkan pria itu menunggu berjam-jam untuk mendapatkan ambulans setelah ayahnya meninggal karena Covid-19, namun tak kunjung datang.

Akhirnya pria tersebut terpaksa mengantarkan jenazah ayahnya sendiri ke tempat kremasi yang juga mengalami antrean yang cukup panjang.

Tindakan pria tersebut dilaporkan membuat pelayat lainnya menangis setelah dia tiba di krematorium.

Kota Agra, tempat dimana Taj Mahal berdiri, juga mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang cukup parah seperti kota-kota di seluruh India.

Ibu Kota Delhi menjadi kota yang paling parah dengan 1.777 kematian yang dilaporkan dalam lima hari.

Sebelumnya, sebuah foto beredar menunjukkan belasan mayat korban Covid-19 mengantre untuk dikremasi. Lusinan mayat itu terlihat berbaris di Krematorium Shubash Nagar Delhi.

Belasan mayat tersebut telah dibungkus kain kafan siap untuk kremasi, beberapa diantaranya dipakaikan bunga di atasnya.

Hal yang sama terjadi di kota-kota di seluruh India saat menghadapi gelombang kedua "tsunami" infeksi yang menghancurkan.

Krematorium beroperasi sepanjang waktu untuk mengatasi ribuan kematian setiap hari, dan para ahli mengatakan kemungkinan lebih buruk bisa saja terjadi.

"Pandemi ini adalah yang terburuk yang pernah kami lihat sampai sekarang. Dua minggu ke depan akan menjadi neraka bagi kami." ujar petugas darurat, Dr Shaarang Sachdev kepada Sky News.

India mencatat 2.812 kematian dan 352.991 kasus baru pada Selasa (27/4), menjadi rekor terbaru yang dicatatkan negara tersebut.

Para ahli khawatir jika jumlah korban tewas sebenarnya bisa lima kali lipat dari penghitungan resmi yakni 197.894.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews