Pariwisata Kepri Babak Belur selama 2020, Edi Sutrisno: Perlu Terobosan Nyata Pemerintah

Pariwisata Kepri Babak Belur selama 2020, Edi Sutrisno: Perlu Terobosan Nyata Pemerintah

Direktur Eksekutif Batam Tourism and Promotion Board (BTPD), Edi Sutrisno.

Batam - Dunia pariwisata Kepulauan Riau babak belur selama pandemi Covid-19. Pelaku usaha pariwisata pun terkena imbasnya.

Hal yang tampak nyata adalah merosotnya angka kunjungan wisatawan mancanegara selama 2020. 

Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau (Kepri) mencatat, secara kumulatif yakni pada periode Januari-Desember 2020, jumlah kunjungan wisman ke Provinsi Kepri mencapai 411.248 kunjungan. 

Angka tersebut turun 85,64 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

Imbasnya, pelaku usaha pariwisata mulai dari hotel hingga biro perjalanan kelimpungan.

Direktur Eksekutif Batam Tourism and Promotion Board (BTPD), Edi Sutrisno mengatakan kondisi pariwisata di Kepri sudah menunjukkan ketidakberdayaan sejak April 2020. 

Apalagi sejak 31 Maret 2020, pemerintah membuat larangan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). 

“Kondisi ini sudah mulai terlihat, pariwisata April terjun bebas sampai 98 persen, biasanya kunjungan pada periode itu 150 ribu, tapi faktanya kunjungan hanya tercatat 2 ribu,” ujar Edi, Selasa (9/2/2021). 

Edi menyebut  perlu ada peran pemerintah Provinsi Kepri terutama Dinas Pariwisata (Dispar) Kepri, agar bisa membantu mereka yang selama ini menjadikan sektor pariwisata sebagai gantungan hidup. 

Ia mengakui, Pemprov Kepri tidak memiliki wilayah, dan hanya melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota agar memberi insentif atau program yang nyata untuk menyentuh pelaku pariwisata. 

“Jika pemprov tidak memiliki dana, dapat berkoordinasi dengan pihak kementerian pariwisata,” kata dia. 

Tujuannya untuk merangsang (stimulus) para wisatawan nusantara (wisnus), namun dengan penekanan yaitu program yang nyata. 

Insentif ini kata Edi bisa berupa bantuan kepada pihak restoran, hotel dan komunitas pariwisata (community tourism).

“Jadi fokus wisnus aja, karena belum dapat dipastikan kapan kedatangan wisman lagi di tengah pandemi Covid-19,” katanya.

Akhir tahun lalu, Edi menyampaikan perlu ada terobosan dari pemerintah untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata dari keterpurukan.

Batam dan Kepri mengembangkan konsep pariwisata perbatasan (border tourism), yang konsepnya tentu berbeda jika dibandingkan dengan daerah lain seperti Bali, Jakarta maupun daerah lain di Indonesia yang bukan merupakan kawasan perbatasan.

Kepri harus masuk dalam rencana jangka menengah dan jangka panjang Kemenparekraf. Artinya, harus diberi stimulus yang lebih besar.

Edi mencontohkan, terkhusus bagi event-event besar Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) harus bisa ditarik ke Batam dan Kepulauan Riau.

Tujuannya agar wisatawan domestik berkunjung ke Kepri sehingga mendorong daerah dijadikan sebagai pusat MICE.

"Jadi mereka berkonferensi, rakernas dan meeting di Batam," kata dia.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews