Aplikasi Telegram Terancam Dihapus Apple, Kenapa?

Aplikasi Telegram Terancam Dihapus Apple, Kenapa?

Ilustrasi.

Washington - Sebuah kelompok nirlaba yang berbasis di Washington, AS, telah menggugat Apple ke pengadilan Federal untuk meminta perusahaan menghapus dan melarang Telegram dari platform-nya. 

The Washington Post melaporkan, kelompok yang bernamakan Coalition for a Safer Web menilai Telegram telah menjadi tempat bagi para ekstremis untuk menyebarkan gagasan mereka. 

Apple dituduh gagal menindak Telegram karena terdapat percakapan ekstremis pada kerusuhan 6 Januari yang terjadi di Capitol Hills. 

Menurut gugatan tersebut, Telegram menjadi tuan rumah percakapan kelompok supremasi kulit putih, neo-Nazi, dan berisi konten kebencian lainnya, yang dianggap melanggar persyaratan layanan Apple App Store. Gugatan serupa akan diajukan terhadap Google dalam waktu dekat. 

Gugatan ini diajukan ke Pengadilan Distrik AS untuk California Utara dan mengharuskan Apple untuk menghapus Telegram dari App Store, seperti yang dilakukan perusahaan dengan Parler. 

Aplikasi Parler diketahui mengizinkan pengguna untuk berbagi konten yang memicu kekerasan tanpa filter, dan Apple melarang aplikasi tersebut di Apple App Store. 

Meskipun Telegram adalah aplikasi perpesanan, ia juga menawarkan channel atau saluran dan grup publik yang dapat diakses pengguna, melalui link yang dapat dibagikan atau menggunakan pencarian internal aplikasi. Channel ini bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan konten yang melanggar, seperti hate speech dan terorism. 

Saat ini masih belum jelas apakah Apple akan melarang Telegram dari App Store. Namun, pendiri Telegram, Pavel Durov telah menyiapkan alternatif lain jika benar aplikasi miliknya dihapus Apple. 

Durov menyebutkan bahwa mereka sedang mengerjakan aplikasi web based yang akan berjalan di Safari, browser milik Apple. Jadi pengguna Telegram di perangkat Apple, seperti iPhone, iPad, dan lainnya masih bisa mengakses layanan pesan melalui aplikasi web based tersebut. 

Kabar gugatan ini mungkin menjadi hambatan berat bagi Telegram di tengah banyaknya jumlah pengguna baru akibat kasus kebijakan privasi WhatsApp. Pada Minggu pertama bulan Januari 2020 saja, Telegram telah melampaui 500 juta pengguna aktif bulanan. 

Per 12 Januari 2021, dalam 72 jam terakhir, terdapat 25 juta pengguna baru bergabung dengan Telegram dari seluruh dunia. Tercatat paling banyak berasal dari Asia mencapai 38 persen. 

Dalam pernyataan resmi Telegram, lonjakan pengguna baru terjadi signifikan dari tahun lalu di mana hanya 1,5 juta pengguna mendaftar setiap hari. Sepanjang sejarah 7 tahun beroperasi, Telegram menyatakan lonjakan kali ini adalah yang paling signifikan. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews