Studi: Pasien Covid-19 Bisa Alami Sensasi Aneh di Hidung

Studi: Pasien Covid-19 Bisa Alami Sensasi Aneh di Hidung

Ilustrasi hidung. (Shutterstock)

Jakarta - Kehilangan penciuman atau anosmia telah diakui sebagai salah satu gejala virus corona Covid-19. Namun nyatanya anosmia bukan satu-satunya prediktor infeksi virus corona Covid-19 yang bermula dari hidung.

Melansir dari Express, tim peneliti dari Universitas Barcelona mengkonfirmasi bahwa salah satu rute masuk SARS-CoV-2 adalah epitel hidung. Dengan begitu, mereka menyelidiki apakah orang yang terinfeksi mengalami gangguan hidung lain.

Dalam studi tersebut, para peneliti menilai 35 pasien dengan Covid-19 dan kelompok kontrol yang cocok dalam jenis kelamin dan usia. Menggunakan survei, para peneliti menanyakan apakah peserta yang terkonfirmasi Covid-19 mengalami gejala hidung seperti kekeringan yang berlebihan atau sensasi yang mirip dengan saat seseorang melakukan irigasi hidung.

Lebih dari 68 persen pasien melaporkan setidaknya satu gejala hidung dalam penelitian tersebut. Mereka mengalami sensasi aneh di hidung dan hidung kering.

Selain itu, 52 persen dari kelompok klinis melaporkan sensasi konstan seperti sedang melakukan irigasi hidung. Para peneliti mencatat gejala hidung sebagian besar terjadi bersamaan dengan anosmia atau hiposmia.

Hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium. Gejala hidung juga muncul bersamaan dengan ageusia atau hilangnya perasa.

Ageusia adalah gejala utama lain yang dikenali oleh National health Service Inggris untuk mengindikasikan infeksi Covid-19. Gejala hidung juga dilaporkan bersamaan dengan hipogeusia, yaitu berkurangnya kemampuan untuk mengecap.

Untuk menyederhanakan, gejala hidung seperti sensasi aneh di hidung terjadi bersamaan dengan anosmia, hyposmia, ageusia, dan hypogeusia.

Gangguan hidung ini muncul terutama sebelum atau selama kemunculan gejala Covid-19 lainnya. Rata-rata, gejala hidung berlangsung selama 12 hari.

"Adanya gejala pada hidung ini dan kemunculannya di awal, berpotensi memfasilitasi diagnosis awal Covid-19," catat para peneliti.

Harus dicatat bahwa studi ini diterbitkan sebagai makalah penelitian pra-cetak. Artinya, penelitian ini belum melakukan peer-review dan belum ditinjau berbagai pakar atau rekan sejawat. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews