Penelitian Temukan Pengaruh Covid-19 Mengganggu Kesuburan Pria

Penelitian Temukan Pengaruh Covid-19 Mengganggu Kesuburan Pria

Ilustrasi.

Batam - Bukti kerusakan testis akibat Covid-19 telah terakumulasi dalam serangkaian studi otopsi kecil, yang menunjukkan bahwa virus corona baru dapat berdampak pada kesuburan pria.

 

Peneliti dari University of Miami di Florida membandingkan jaringan testis dari enam pria yang meninggal karena Covid-19 dan tiga yang meninggal karena sebab lain. Tiga dari pasien Covid-19 mengalami kerusakan testis yang akan mengganggu kemampuan mereka untuk memproduksi sperma.

Sebuah tim peneliti China melakukan pengamatan serupa awal tahun ini dan juga menemukan bahwa beberapa sistem kekebalan pasien Covid-19 "menyerang" testis, menyebabkan peradangan parah, atau orkitis.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (26/11), sebuah tim China yang terpisah menemukan "kerusakan signifikan" pada jaringan seluler dasar testis pada 12 pria yang meninggal karena Covid-19.

"Kemungkinan Covid-19 merusak testis dan berdampak pada kesuburan ... memerlukan evaluasi fungsi gonad pada pria yang terinfeksi Covid-19, atau yang telah pulih dari Covid-19, dan menginginkan kesuburan," tim Miami menyimpulkan dalam sebuah laporan yang diterbitkan di World Journal of Men's Health.

 

Terapi Plasma Kurang Efektif

Plasma darah dari penyintas Covid-19 tidak banyak bermanfaat bagi pasien dengan pneumonia Covid-19 yang parah. Demikian dilaporkan para peneliti di Argentina di The New England Journal of Medicine.

Apa yang disebut plasma penyembuhan, yang memberikan antibodi penyintas Covid-19 kepada orang yang terinfeksi, tidak meningkatkan status kesehatan pasien yang sakit kritis atau mengurangi risiko kematian akibat penyakit lebih baik daripada plasebo.

Dalam laporan yang dibuat Selasa lalu itu, para peneliti secara acak memberikan 333 pasien rawat inap dengan pneumonia Covid-19 parah untuk menerima plasma pemulihan atau plasebo.

Setelah 30 hari, mereka tidak melihat perbedaan yang signifikan pada gejala atau kesehatan pasien. Tingkat mortalitas hampir sama: 11% pada kelompok plasma sembuh dan 11,4% pada kelompok plasebo, perbedaan yang tidak dianggap signifikan secara statistik.

Masih ada kemungkinan bahwa plasma pemulihan dapat membantu pasien yang kurang parah yang mendapatkan pengobatan lebih awal dalam penyakit mereka, kata pemimpin studi Dr. Ventura Simonovich dari Rumah Sakit Italiano de Buenos Aires.

Sebuah uji coba acak terpisah dari Argentina, yang diposting pada hari Sabtu di medRxiv menjelang tinjauan sejawat, menemukan bahwa ketika pasien Covid-19 lansia menerima plasma pemulihan dalam 72 jam setelah gejala mereka dimulai, bukan plasebo, mereka secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi sakit parah.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews