Karimun - Upaya penyelundupan 18 ton pasir timah ke Malaysia gagal setelah petugas bea dan cukai menangkap kapal pengangkut di perairan Tokong, Malang Biru, Natuna, Kepri.
Kapal bernama KMN. Kurnia Abadi-21/ Km, Harapan Baru-5 itu membawa pasir timah senilai Rp 2,7 miliar. Mereka tertangkap Satuan Tugas Operasi Jaring Sriwijaya Tahun 2020 BC 60001 pada Sabtu (31/10/2020) lalu.
"Kapal tersebut membawa muatan sekitar 360 karung, dengan total berat kurang lebih 18 ton pasir timah," ujar Kepala Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepri, Agus Yulianto, Selasa (3/11/2020).
Diketahui, 18 ton pasir timah di Kapal KMN Kurnia Abadi itu, tidak memiliki surat-surat.
"Barang juga tanpa dilindungi dokumen kepabeanan dan instansi terkait," ujar Agus.
Kapal yang diduga berangkat dari Batam, diketahui akan berlayar membawa 18 ton pasir itu ke luar negeri dengan tujuan Malaysia.
Sebelum penangkapan, kapal BC 60001 melakukan patroli laut di sektor perairan Batam hingga laut Natuna. Berdasarkan penginderaan radar kapal BC 60001 didapati sebuah kapal yang akan mengarah ke Malaysia di perairan Tokong, Malang Biru Natuna.
"Sekitar pukul 03.00 WIB satuan tugas patroli BC 60001 akhirnya dapat melakukan sandar pada kapal target dan melakukan pemeriksaan," katanya.
Dari hasil pemeriksaan, 18 ton pasir timah ilegal yang akan diselundupkan tersebut diperkiran senilai Rp 2,7 miliar.
Kapal tersebut diduga mengangkut barang ekspor tanpa dilindungi dokumen yang sah dan melanggar Pasal 102a UU No 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.
Diketahui, pasir timah termasuk dalam komoditas barang larangan untuk diekspor dengan nilai yang fantastis.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Provinsi Kepulauan Riau menjadi daerah yang rawan terjadinya upaya penyelundupan barang ilegal baik jaringan internasional maupun nasional.
Selain itu, letak geografis yang sangat strategis karena berada didekat jalur pelayaran internasional serta negara tetangga Malaysia dan Singapura menjadi penyebab rawannya upaya penyelundupan tersebut.
"Salah satu sebab rawannya penyelundupan tersebut lantaran banyaknya pelabuhan tikus yang tersebar di setiap kabupaten dan kota," ucap Agus.
(aha)