Ismeth Abdullah Masih Bidik Pilkada Kepri, Pengamat: Kenapa Tidak Jalur Independen?

Ismeth Abdullah Masih Bidik Pilkada Kepri, Pengamat: Kenapa Tidak Jalur Independen?

Pilkada Kepri 2020.

Batam - Sejak bergulirnya wacana bakal majunya pasangan calon (Paslon) Isdianto-Suryani, jagat media terus diramaikan dengan pemberitaan sejumlah kemungkinan yang bakal terjadi jelang pelaksanaan Pilkada Kepri 2020.

Terbaru, muncul isu DPP PKS yang ragu terkait siapa kandidat yang bakal diusung sebagai calon gubernur.

Seperti diberitakan Batamnews sebelumnya, PKS terkesan sempat ragu memilih mana di antara dua kandidat yang ada, Isdianto sebagai petahana dan Ismeth Abdullah, mantan Gubernur Kepri.

Keduanya kian menjadi sorotan lantaran dinilai memiliki pengaruh dan dukungan dari lapisan masyarakat.

Cukup santer juga sebelumnya, Ismeth Abdullah dikabarkan bakal maju berdampingan dengan Irwan Nasir melalui jalur independen.

Namun kabar tersebut berlalu begitu saja seiring dengan semakin dekatnya waktu pelaksanaan pilkada, begitu juga sulitnya mengumpulkan jumlah dukungan KTP sebagai syarat ke KPU.

Kekinian, kubu Ismeth Abdullah tampak berjuang bisa diusung parpol. Namun perjuangan kandas karena tingkat kemungkinan diusung hanya tinggal satu poros. Namun poros ini ternyata mengusung Isdianto-Suryani.

Isdianto sudah mengantongi rekomendasi dari Partai Hanura yang memiliki tiga kursi di parlemen, sementara Suryani yang merupakan kader PKS akan diusung oleh partainya sendiri yang memiliki 6 kursi di parlemen.

 

Dengan demikian, pasangan Isdianto-Suryani telah memenuhi syarat pendaftaran ke KPU.

Pemerhati Pilkada Kepri, Muhammad Ridwan menilai, sulit bagi Ismeth Abdullah mendapatkan perahu. Faktor pernah dipidana korupsi menjadi salah satu parameter. Sementara MK memutuskan mantan terpidana korupsi wajib mengumumkan dirinya pernah dipidana.

"Itu pasti memberatkan bagi partai manapun. Apalagi partai yang mengkampanyekan citranya sebagai partai anti korupsi," ujarnya kepada wartawan saat ditemui di kawasan Nagoya, Batam, Jum'at (24/7).

Ridwan menilai, wajar saja pendukung Ismeth begitu keras mendorong agar PKS mengusungnya. Padahal, publik sudah mengetahui bahwa PKS sudah sepakat untuk mencalonkan kadernya sendiri yaitu Suryani.

Jika pilihannya antara Isdianto dengan Ismeth Abdullah, menurut Ridwan akan lebih mungkin dan rasional DPP PKS mendukung Isdianto yang kabarnya hari Senin depan bakal dilantik sebagai Gubernur Kepri definitif.

"Ismeth punya modal partai apa? Apa misalnya punya rekom dari DPP PAN, PPP atau Demokrat? Sementara Isdianto sudah jelas mengantongi rekom dari DPP Hanura dan jika berkoalisi dengan PKS, sudah cukup syarat untuk daftar ke KPU. Belum lagi posisi Isdianto yang unggul di survei paling akhir, bulan Juli ini, elektabilitasnya tertinggi dan besok Senin akan jadi Gubernur Defenitif," imbuhnya.

Diketahui, lembaga survei Indo Barometer baru-baru merilis hasil survei terkait elektabilitas sejumlah kandidat.

Hasilnya, Isdianto bertengger di posisi teratas untuk tingkat elektabilitas untuk pertanyaan yang bersifat tertutup dengan simulasi 4 nama kandidat.

Elektabilitas Isdianto berada di angka 32,0 persen, disusul Ansar Ahmad berada diangka 19,5 persen, sementara diposisi ketiga ada Ismeth Abdullah dengan angka 17,5 persen dan terakhir Soerya Respationo dengan elektabilitas hanya 14,1 persen.

Ridwan mengatakan, jika Ismeth Abdullah masih bernafsu untuk maju pada Pilkada Kepri, harusnya sudah bisa membaca peta politik terbaru dan maju sebagai calon independen seperti rencana awalnya dengan Irwan Nasir.

"Ya kenapa tidak dilanjutkan saja maju sebagai calon independen kemarin itu, jika memang masih berhasrat dan yakin masih memiliki dukungan dari masyarakat, kan sederhana. Tapi waktunya sudah lewat. Jadi mungkin yang terbaik bagi beliau menjadi pinisepuh, penasihat dan menjadi orang tua yang membimbing dan mengayomi semua," pungkasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews