Baju Hazmat Dokter Gigi Nina Agustin Curi Perhatian Pasien

Baju Hazmat Dokter Gigi Nina Agustin Curi Perhatian Pasien

Hazmat Fashionable ala Dokter Nina Agustin.

Malang - Kesan awal sebuah baju hazmat atau alat pelindung diri (APD) selalu berwarna putih polos dan kedodoran saat dikenakan oleh pemakainya. Tetapi tidak demikian dengan baju hazmat custom Dokter Nina Agustin, seorang dokter gigi di Kota Malang.

Pemilik praktik Esthetic Dental Clinik (EDC) itu memakai baju hazmat sesuai standar keamanan (safety) dan fashionable yang kaya warna dan slim (langsing). Sehingga saat mengenakan hazmat, sosoknya sebagai dokter gigi tidak lagi ditakuti pasiennya, apalagi di masa pademi Covid-19.

"Saya kan dulu waktu awal pandemi pakai hazmat biasa yang standar, polos dan modelnya agak besar. Kemudian lama-lama merasa tidak nyaman pakai itu," kata Nina Agustin mengawali kisah di kliniknya, Jalan Raya Telaga Golf 1, Perumahan Araya Kota Malang, Selasa (21/7/2020).

"Selain itu, pasien saya juga segala usia, dari anak-anak sampai orang tua, terutama pasien anak-anak itu merasa takut ketika melihat dokternya yang pakai hazmat seperti itu," sambungnya.

Nina selalu mengenakan hazmat custom selama melayani para pasien, begitu pun perawat pendampingnya. Tetapi bedanya untuk hazmat perawat dipilih warna polos perpaduan biru dan hijau.

Warna dan corak hazmat Nina memang terbilang unik dengan motif terang dan berani, serta beberapa koleksi yang lain bergambar wajah, termasuk wajah selebritis dunia Marilyn Monroe. Motif-motifnya dipengaruhi gaya pop art yang memanfaatkan wajah, simbol dan lain-lain.

Model jahitannya pun dibuat langsing, sehingga sekilas menampilkan lekuk tubuh seksi pemakainya. Namun semua itu tidak menganggu gerak dan aktivitas selama bekerja merawat pasien.

 

"Saya ingin mengombinasikan antara fashion dan safety, tetapi kita tidak mengesampingkan faktor keamanan. Apalagi dokter gigi ini pengamanannya level 3," tegasnya.

Nina saat bekerja melengkapi diri dengan penutup kepala yang kemudian ditutup dengan hoodie hazmatnya. Selain itu juga mengenakan googgles (kacamata), respirator (masker khusus), face shield, sarung tangan serta sebuah sepatu boots.

"Tapi bagaimana membuat pasien-pasien tidak takut itu, saya combine dengan sedikit modifikasi, lebih ke arah fashionable," tegas Alumnus Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu.

Ruang kerja pratik pun didominasi dengan warna pink, yang terpadu apik dengan peralatan yang serba putih, khas dokter. Papan nama warna pink pun tertempel di tempok yang menjadi latar peralatan praktik.

Namun ditegaskan, fashionable sebagai sesuatu yang sangat penting namun tidak boleh mengabaikan faktor keamanan. Secara prosedur, kliniknya juga sudah melalui hal itu, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan.

Pasien yang datang wajib mencuci tangan di tempat yang disediakan, memakai masker, menerapkan physical distance. Bahkan pasien juga mengenakan penutup kepala dan baju khusus selama mendapat perawatan.

Sejak pandemi Covid-19, kata Nina, peralatan kliniknya juga dilengkapi airosol air suction yang terintegrasi dengan peralatan pemeriksaan lain. Alat tersebut mendukung keamanan antara dokter dan pasien, sehingga keduanya aman dan nyaman.

"Karena sebagai dokter gigi itu kita kalau menghadapi pasien tidak hanya satu jam dua jam, itu bisa beberapa jam dalam sehari. Itu bener-bener harus bikin lingkungan kerja yang nyaman dan aman buat dokternya," jelasnya.

 

Hazmat Didesain Sendiri

 

Baju hazmat custom tersebut didesain sendiri oleh Nina dengan bahan yang nyaman dipakai dan lebih lembut dibandingkan yang di pasaran. Namun bahannya tetap resistan terhadap air (antiair) dan bisa dipakai kembali setelah dibersihkan.

"Saya belanja kain sendiri, saya desain berdasarkan style saya, memang saya sukanya yang warna warni gitu ya, dari dulu sebelum pandemi saya kalau praktek itu bener-bener all out untuk masalah fashion," ungkapnya.

Setiap piece baju hazmatnya membutuhkan bahan 2 yard atau sekitar 190 Cm ditambah desaign dan cetak printingnya. Ia menggunakan jasa penjahit profesional di Kediri yang sudah menjadi langganannya.

Nina mengaku memiliki koleksi 25 baju hazmat custom, berikut beberapa pasang sepatu boots yang juga custom. Karena memang harus disesuaikan antara baju dan sepatunya.

"Jadi saya sesuaikan antara hazmatnya dengan sepatunya," tegasnya.

Kata Nina, penjahit langganannya itu pun banyak mendapatkan pesanan pasca mengerjakan hazmatnya. Sejumlah dokter dan tenaga kesehatan memesan secara khusus untuk praktiknya.

"Jadi pembuka rezeki buat penjahitnya, orderan jadi bertambah, banyak yang ingin pesan seperti ini juga," katanya.


Suasana Happy Bagi Pasien

 

Saat kali pertama memakai baju hazmat customnya untuk bekerja, Nina mengaku mendapatkan respons positif dari para pasien. Rata-rata mengaku biasa melihat dokter memakai hazmat yang standar, tetapi baru saat itu melihat seperti yang dipakainya.

"Pasiennya senang dan happy ketika melihat dokter dan asistennya, karena asisten juga saya bikinkan custom. Jadi suasananya bahagia, pasien tidak merasa trauma dan tidak takut terutama anak-anak, tidak merasa cemas, suasananya happy banget antara dokter dan pasiennya saling mendukung," katanya.

Nina juga merasa secara tidak langsung memberikan edukasi tentang perawatan gigi kepada pasiennya, yang sebagian kaum milineal. Mereka kemungkinan masih menyimpan kekhawatiran untuk perawatan gigi, apalagi selama masa new normal. Tetapi ternyata perawatan dan dokter giginya itu tidak seperti yang mereka bayangkan.

"Mungkin orang perawatan gigi seram, saya mengubah menjadi happy, karena untuk standart dental roomnya beda dibanding dulu. Pasiennya yang masuk dengan SOP yang beda," ungkapnya.

Penampilan fasionable Nina tersebut diakui menambah pembiayaan operasional di kliniknya. Termasuk support baju pasien dan standar keamanan lainnya, tetapi hal dinilai tidak memberatkan beban pasien.

"Tetapi penambahan biayanya itu tidak seberapa, tidak memberatkan pasien. Karena kondisi sekarang kan serba sulit ya, saya tidak mau memberatkan pasien," katanya.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews