6 Mahasiswa Kepri di Sudan Butuh Bantuan Pemerintah

6 Mahasiswa Kepri di Sudan Butuh Bantuan Pemerintah

Mahasiswa RI di Sudan saat makan seadanya (Foto:ist untuk Batamnews)

Bintan - Nasib malang menimpa 6 mahasiswa asal Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang sedang menimba ilmu agama di International University Of Africa. Mereka berkuliah dari beasiswa prestasi, namun kondisinya kini terombang-ambing bertahan hidup di tengah-tengah suasana yang mencekam di Khartoum, Sudan.

Mulai dari suasana politik negara yang memanas, krisis ekonomi hingga Pandemi Wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Keenam mahasiswa itu adalah Muhammad Syarif Hidayatullah Alhasymi dari Kabupaten Bintan, Nur Paizil Bahri dari Anambas, Zaki Taufiqurahman dari Batam, Kholid Ja'far dari Kota Batam, Erik Jailani dari Kota Batam dan Riska Nur Latifa dari Natuna.

“Kini bekal kami terbatas sedangkan bantuan sangat minim,” ujar Muhammad Syarif Hidayatullah Alhasymi kepada Batamnews, kemarin.

Pria berusia 20 tahun yang akrab disapa Dayat ini menceritakan, kondisi hidupnya yang memprihatinkan bersama lima rekan lainnya di ibukota Sudan yaitu Khartoum. Meskipun mereka beda fakultas, namun mereka satu asrama sehingga senasib sepenanggungan.

Dimulai dari 2019 lalu ketika lengsernya pemerintahan Umar Bashir (Presiden Sudan) membuat suasana mencekam akibat politik yang memanas. Lalu krisis ekonomi ditambah lagi Pandemi Covid-19 yang sudah menyerang seluruh penjuru dunia termasuk Sudan.

Akibatnya harga barang dan kebutuhan pokok di Sudan melambung tinggi. Kondisi Ini membuat mahasiswa dari Kepri di Sudan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

 

“Kami Mahasiswa Kepri sangat kesulitan untuk dapat menerima bantuan langsung dari Pemda maupun Pemprov Kepri. Maaf cakap kami 6 orang dari Kepri yang ada disini merasa tidak dipedulikan dan tidak diketahui keberadaannya disini,” jelasnya.

Mewakili putra daerah yang mengemban bangku kuliah di Sudan, dia mengharapkan pertolongan untuk dapat mengabarkan keadaan mahasiswa Kepri yang ada di Sudan ini melalui media, guna dan tujuan agar dapat dilirik dan diperhatikan oleh Pemda dan Pemprov Kepri.

“Kami merasa perlu adanya bantuan dari sumber yang lain, berupa bantuan logistik dalam hal ini ialah dari Pemprov Kepri,” kata Mahasiswa Jurusan Strata 1 di Fakultas Syari'ah dan Hukum ini.

Dayat menambahkan bahwa mereka merasakan Ramadhan dengan nuansa yang cukup berbeda dari sebelumnya. Karena Ramadhan kali ini tidak lagi dapat mereka laksanakan di kampung halaman bersama keluarga tercinta.

Mereka tidak dapat melaksanakan Shalat Tarawih dan hanya berada di asrama karena sejak 18 April lalu diberlakukan lockdown. Begitu juga perayaan lebaran juga masih dalam kondisi yang sulit dan hanya seadanya saja.

Meski demikian, mereka tetap bersukur atas bantuan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum dan juga Persatuan Pelajar Indonesia (PPI Sudan) yang juga berkalaborasi bersama Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Muhammadiyah (LazisMu Sudan).

Keduanya telah melakukan upaya demi meringankan beban para mahasiswa Indonesia di Sudan. Antara lain memberikan paket bantuan berupa sembako, perlengkapan kesehatan dan paket berbuka puasa. Akan tetapi, bantuan tersebut hanya mampu mencukupi untuk jangka waktu tertentu.

“Besar harapan kami semua yang berada di Sudan terhadap Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau agar dapat memberikan perhatian dan kepedulian serta solusi terbaik,” pungkasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews