Rudy Chua Ungkap Kendala Layanan SWRO Penyulingan Air Laut di Tanjungpinang

Rudy Chua Ungkap Kendala Layanan SWRO Penyulingan Air Laut di Tanjungpinang

Gedung SWRO di Batu Hitam Tanjungpinang (Foto: ist)

Tanjungpinang - Kesulitan PDAM Tirta Kepri dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat Kota Tanjungpinang masih terus terjadi. Waduk Sei Pulai yang menjadi penyuplai air bersih ke warga di Tanjungpinang juga mengalami penyusutan.

Namun keberadaan Sea Water Riverse Osmosis (SWRO) yang sedianya akan menjadi solusi mengatasi air bersih, hingga saat ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Anggota DPRD Kepri dapil Kota Tanjungpinang, Rudy Chua mengatakan, di tengah tidak optimalnya pelayanan PDAM Tirta Kepri dalam memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat, SWRO harusnya bisa jadi solusi.

"SWRO harusnya menjadi solusi air bersih, namun saat ini pengoperasian SWRO belum maksimal dari yang diharapkan," kata Rudy, Kamis (2/4/2020).

SWRO ini tambah Rudy bisa mengolah air laut menjadi air tawar dan siap konsumsi dengan kapasitas produksi 2x25 liter per detik.

Selain itu dengan produksi SWRO ini juga bisa melayani sebanyak 4.000 pelanggan dan saat ini yang terpasang baru 50 persen saja.  "Kita baru tahu ada kendala dalam pengoperasian SWRO ini, ternyata daya listriknya masih kurang," tutur Rudy lagi.

 

Ditegaskan Rudy untuk mengoptimalkan mesin SWRO ini dibutuhkan daya 1,3 MW. Namun saat ini yang tersedia hanya 690 KVA.  "Artinya daya mampu untuk menghidupkan mesin SWRO ini hanya maksimal 50 persen saja," ujar Rudy Chua.

Menurut Rudy dari rapat yang telah digelar pihaknya bersama Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pengelola SWRO, mereka belum mempunyai alokasi anggaran untuk penambahan daya listrik.

Untuk bisa mengoperasikan dengan optimal membutuhkan anggaran lebih kurang Rp 600 juta. Bahkan dalam pengadaan daya ini, PLN Tanjungpinang sudah memberikan solusi pembayaran bisa dilakukan secara diangsur.

"Ternyata Pemko Tanjungpinang tidak punya anggaran untuk mengalokasikan penambahan daya listrik untuk SWRO tersebut, sehingga menggunakan daya yang ada," ujar Rudy.

Ia menyayangkan proyek percontohan nasional ini tidak memberikan manfaat secara optimal.

 

"Pembangunan SWRO ini sudah menghabiskan anggaran hampir seratusan miliar. Bahkan pemasangan pipa primer sudah menyuntuh sampai ke Ramayana dan Tanjung Unggat," jelasnya.

Ia mendesak pihak pengelola SWRO untuk membuka jaringan pemasangan baru. Karena kapasitas maksimal infrastruktur tersebut dapat memenuhi kebutuhan air bersih hingga 4.000 pelanggan.

"Jumlah yang dilayani SWRO saat ini baru sekitar 2.000. Masih ada 2.000 pelanggan yang bisa dilayani. Tentunya akan mengurangi beban waduk yang ada saat ini," ujarnya.

Politisi Partai Hanura ini juga menyebutkan, pada 2017 lalu ada 1.000 meteran yang gagal terpasang, karena penangguhan dari Gubernur Nurdin Basirun pada saat itu.

Saat ini meteran tersebut berada di gudang milik Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Perkim) Provinsi Kepri.

Ia mengatakan, Pemko Tanjungpinang bisa menyurati dan memintanya, sehingga meteran tersebut bisa dimanfaatkan pemasangan sambungan baru.

"Saat ini, operasional SWRO juga tidak kontinyu. Dimana empat jam operasi pagi, dan empat jam pada sore. Dan hari Sabtu dan Minggu off. Tentunya hal ini rentan mempercepat kerusakan mesin SWRO," sebutnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews