Panas Dingin Hubungan Isdianto-Soerya Menuju Kepri 1

Panas Dingin Hubungan Isdianto-Soerya Menuju Kepri 1

Soerya Respationo dan Isdianto. (Foto: Batamnews)

Tanjungpinang - Hubungan Isdianto dan Soerya Respationo akhir-akhir ini mulai sedikit membeku. Bahkan komunikasi diantara keduanya seakan terputus.

Isdianto sudah terang-terangan akan maju sebagai calon Gubernur Kepri pada Pilkada 2020 ini.

Sementara dinginnya komunikasi keduannya juga terlihat. Baik Soerya dan Isdianto sudah jarang berjumpa, baik di kediaman dan juga di lingkungan publik.

Soerya Respationo sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kepri sejak awal mendeklarasikan akan maju sebagai Calon Gubernur Kepri. Ia menyatakan akan berpasangan dengan Isdianto sebagai calon Wakil Gubernur.

Namun seiring waktu berjalan, Isdianto yang juga merupakan kader PDI Perjuangan dan saat ini menjabat sebagai Plt Gubernur Kepri, dalam setiap kegiatan pertemuan dengan sejumlah tokoh dan masyarakat Kepri sangat gencar meminta doa untuk menjadi calon gubernur.

Adik dari almarhum HM Sani itu menyadari dirinya tidak akan bisa menjadi Calon Wakil Gubernur, apabila sudah ditetapkan sebagai Gubernur Kepri defenitif.

Diperkirakan penetapan gubernur defenitif akan ditetapkan setelah proses hukum gubernur Kepri non aktif Nurdin Basirun divonis bersalah dan memiliki kekuatan hukum tetap.

Sementara Soerya Respationo seakan merasa dilangkahi. Apalagi proses penetapan Isdianto sebagai Wakil Gubernur Kepri tak lepas dari peran politik PDI Perjuangan.

Puncak ketegangan ditunjukan saat Soerya Respatoono dengan terang-terangan menyatakan siap berhadapan di Pilkada Kepri dengan Isdianto. "Ya itu pilihan politik dia (Isdianto) dan saya siap bila berhadapan dan bersaing pada pilkada nanti," kata Soerya.

"Silahkan maju sendiri, tapi tidak bisa dari PDI Perjuangan," ujar Soerya.

Melihat kilas balik saat keduanya mendaftar di PDI Perjuangan, dimana Soerya maupun Isdianto sama-sama mendaftar sebagai calon gubernur.

Situasi ini mengesankan ada komunikasi politik yang tidak berjalan antar kedua tokoh. Satu partai, namun memiliki hasrat sama menjadi gubernur.

Namun hal itu ditepis Soerya. Ia menegaskan hubungan dirinya dengan Isdianto berjalan normal dan baik-baik saja.  "Saya sekarang juga bisa menghubungi Pak Isdianto. Tidak lah, kami baik-baik saja," kata Soerya, saat itu.

Dikatakan Soerya, perbedaan itu adalah hal biasa. Termasuk pandangan politik dan pilihan politik hingga proses pendaftaran cagub dan cawagub.

Ia tidak menampik bila dalam proses pendaftaran ini ada tiga opsi yang bisa direkomendasikan oleh DPP PDI Perjuangan.

"Pertama bisa saja saya dipilih sebagai calon gubernur dan Pak Isdianto sebagai wakilnya. Atau, Pak Isdianto dipilih sebagi cagub, tetapi saya tidak mau sebagai wakilnya," ujarnya.

Soerya menyebutkan, bisa juga nantinya ada opsi ketiga, yang mana dirinya bisa berpasangan dengan calon wakil gubernur yang diusung parti lain. Hal itu tidak menutup kemungkinan PDI Perjuangan akan berkoalisi dengan partai lain.

Selama ini PDI Perjuangan telah menjalin komunikasi politik dengan partai besar lainnya seperti Golkar, Gerindra, PKS, PKB dan Hanura. "Bahkan bisa juga dengan Demokrat nantinya. Jadi bisa saja saya akan berpasangan dengan calon di luar PDI Perjuangan," tegasnya.

Soerya juga dengan tegas menolak dirinya dijadikan wakil Isdianto. "Bukan saya tak mau berpasangan dengan Pak Isdianto. Kan saya sudah jadi wakil gubernur dulu jadi untuk apa saya jadi wakil. Saya tak mau jadi orang kedua," tegasnya.

Pengamat Politik Kepri, Zamzami A Karim mengatakan, jika status Isdianto dalam pemerintahan saat ini dinaikkan menjadi gubernur definitif, maka tidak ada kata lain kecuali dia harus maju menjadi calon gubernur.

"Artinya Pak Isdianto harus maju sebagai kandidat Kepri 1, tidak bisa lagi maju di pilkada ini menjadi Kepri 2 atau Wakil Gubernur," kata Zamzami.

Zamzami menyebut, Isdianto tak bisa 'turun kasta' jika dia telah menyandang gubernur definitif.

Namun, jika pemerintah pusat masih membiarkan Isdianto berstatus Plt hingga saat pencalonan, maka Isdianto berpeluang menjadi cagub ataupun cawagub.

"Dalam aturan tidak bisa kandidat calon kepala daerah turun level. Kecuali dari wakil kepala daerah maju lagi sebagai wakil kepala daerah itu masih bisa," ujarnya.

Jika berstatus gubernur definitif, maka peluang Isdianto berpasangan dengan mantan Wagub Kepri Soerya Respationo otomatis tertutup.

Soerya tentu tidak akan menjadi 'orang kedua' alias calon wakil gubernur seperti diungkapkannya berulang kali di berbagai forum.

Kecuali Soerya Respationo mau legawa atau ikhlas dan menerima sebagai pendamping Isdianto.

"Justru bila saya amati, keduanya akan bersaing, karena masing-masing ngotot ingin maju sebagai calon gubernur. Itu konsekuensi bila jabatan Isdianto menjadi gubernur defenitif," jelasnya.

Namun pemerintah pusat juga tentunya akan menunggu proses hukum yang tengah berjalan dan saat ini tengah dihadapi oleh Gubernur Kepri nonaktif Nurdin Basirun.

Apabila nantinya kasus Nurdin sudah memiliki kekuatan hukum tetap maka secara otomatis pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri akan menetapkan Isdianto sebagai Gubernur Kepri definitif.

"Otomatis aturan seperti itu sih. Jadi dalam Pilkada Kepri nanti calon dari kader PDI Perjuangan ini antara Soerya Respationo dan Isdianto akan sama-sama bersaing," katanya lagi.

Kemungkinan lain diprediksi Zamzami, Isdianto akan pindah partai agar bisa mendapatkan kendaraan untuk maju di Pilkada Kepri.

Bisa saja partai yang secara langsung mendukung Isdianto untuk maju sebagai cagub kepri, tanpa harus bergabung dengan partai tersebut. "Ada sejumlah partai politik yang menurut saya akan menerima Isdianto sebagai kader partai," ujarnya.

"Kan Pak Isdianto juga telah mendaftarkan diri di sejumlah parpol, bisa saja partai tersebut merkomnya untuk mengusung Isdianto. Itu bisa terjadi namanya juga politik," tuturnya.

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews