Geliat Lokalisasi 1001 Malam Sintai di Bandar Dunia Madani Kota Batam

Geliat Lokalisasi 1001 Malam Sintai di Bandar Dunia Madani Kota Batam

Salah satu bar di lokalisasi Sintai yang tutup pada siang hari. Saat malam, lokasi ini menjadi `surga kecil` di sudut Batam.

Batam - Lokalisasi Sintai atau Pusat Rehabilitasi Sosial Non Panti (PRANP) Teluk Pandan di Tanjunguncang, Kota Batam menjadi perbincangan hangat dalam sepekan terakhir. Bukan karena 'kehangatan' yang ditawarkan namun karena ada kasus traffciking yang menyeruak di lokalisasi itu.

Seruan penutupan tempat esek-esek yang dulunya terkenal dengan nama 1.001 Malam ini berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari rohaniawan, anggota dewan hingga menteri.

Namun bagaimana dengan kondisi Sintai sekarang. Batamnews mencoba menelusuri eksistensi lokalisasi terbesar di Batam ini.

==============

Awalnya, PRSNP Teluk Pandan ini dibangun untuk melokalisir pekerja seks liar yang tersebar di berbagai titik Kota Batam. Banyak terdapat bar-bar tempat hiburan malam untuk mengakomodir para PSK.

Namun di kawasan ini keberadaan mereka dipantau. Kesehatan mereka dicek dan kerap dilakukan sosialisasi oleh Dinas Sosial Kota Batam. Para wanita-wanita itu pun diberikan keterampilan seperti menjahit dan memasak.

Perda Kota Batam Nomor 6 tahun 2002 pun diterbitkan tentang Ketertiban Sosial. Dalam Pasal 8 ayat 2 poin a disebutkan, harus ada pengawasan ketat dari Pemko Batam agar jumlah PSK tak bertambah. PSK tentu memiliki risiko tinggi tertular HIV/AIDS.

Di poin c diatur, setelah berangsur-angsur dibina, PRSNP akan ditutup dalam waktu tiga tahun setelah Perda tersebut terbit, yakni pada 2005. Perda ini diterbitkan di era kepemimpinan Nyat Kadir sebagai Wali Kota Batam. Nyat sendiri saat ini sudah menjadi anggota DPR-RI dari Partai Nasdem.

Ada Perda yang teringkari Pemko Batam

Bisa dikatakan, Perda itu teringkari. Selama 15 tahun pula lamanya wajah kawasan itu menjelma menjadi lokalisasi prostitusi dengan berdiri bar-bar tanpa izin. Bahkan aktivitas mereka pun mengkhawatirkan. Mendatangkan PSK dari luar daerah ke Batam. 

Selama 15 tahun berjalan setelah itu. Batam pun tak lepas dari kawasan-kawasan prostitusi liar. Nyatanya masih saja banyak PSK liar bertebaran di sudut-sudut tertentu. 

Sebut saja kawasan belakang Bank BCA Jodoh, Batu Ampar, kawasan Sei Panas, kawasan Bukit Senyum, hingga kawasan prostitusi area menuju Pelabuhan Sagulung atau dikenal dengan kawasan Pokok Jengkol. Itu hanya segelintir lokasi di mana aktivitas prostitusi liar hidup di kota ini.

Sintai saat ini

Kawasan Sintai, siang itu Sintai tampak sepi. Kendati begitu, masih ada saja pengunjung yang ingin mencari kenikmatan di tempat ini. Mereka tampak tak ingin menunggu malam

Seorang pria, yang mengenakan baju oranye lengan panjang tampak duduk di pos jaga lokasi tersebut. Ia mengutip sejumlah uang pada orang yang hendak masuk atau pengunjung.

Patokan harga tidak ditentukan, mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu untuk per orang. Uang tersebut diketahui untuk mendanai tempat itu, mulai untuk penerangan dan keamanan.

Tampak di depan pos jaga itu berdiri sebuah bangunan yang cukup besar dan bertingkat. Diduga bangunan itu merupakan salah satu bar di pintu masuk Sintai.

Baca: Pemko Batam Kaji Penutupan Lokalisasi Sintai

Saat menelusuri ke dalam. Kondisi serupa tersaji, beberapa tempat yang disinyalir merupakan bar masih tertutup rapat. Bangunan-bangunan yang cukup besar berdiri megah dan kokoh. 

Di setiap bangunan ada tulisan yang menyatakan kalau itu adalah bar atau diskotik.Sementara itu, di salah satu bar, terlihat ada tiga orang wanita yang tengah duduk santai sembari bercerita.

Seorang wanita yang terlihat berusia di atas 30 tahunan terlihat duduk di depan pintu samping, dibalut baju merah panjang dan celana pendek biru. 

Dua wanita lagi, duduk di atas kursi. Satu wanita mengenakan baju hitam bersilangkan kaki, bersama seorang wanita muda berambut pirang yang dibalut baju kuning dan celana pendek.

Ada 15 bar di Lokalisasi Sintai

Seorang pengelola bar, mengatakan bahwa, saat ini ada sekitar 15 bar yang aktif. "Banyak yang udah tutup, sekarang hanya ada 15 bar yang masih buka," ucapnya.

Bar-bar yang beroperasi disana menyediakan minuman alkohol. Di setiap bar, ada beberapa wanita penghibur yang menemani para tamu untuk minum, bahkan bisa berlanjut ke hubungan intim.

Namun, dari pengakuan pria tersebut. Sejak tahun 2015, tempat tersebut mulai sepi dari pengunjung. "Sekarang, lima botol aja semalam yang habis. Sejak beberapa tahun ini memang sudah sepi, dan banyak yang tutup," ucapnya.

Sementara itu, di bangunan PRNSP juga menyediakan kamar-kamar seperti kos. Kamar itu merupakan tempat para wanita yang dipindahkan dari sejumlah lokalisasi yang ada di Batam waktu lalu.

Baca: 6 Fakta Prostitusi Sintai Batam yang Mencengangkan

Namun, kamar-kamar itu diduga menjadi tempat untuk praktik esek-esek. Sehingga, tempat tersebut selain menyediakan minuman keras, wanita, juga menyediakan tempat untuk transaksi seks hingga eksekusi

"Kalau kamar ada, itu digunakan untuk tempat menginap yang dipindah ke sini, udah semacam kos-kosan," ucapnya.

Tidak banyak lagi wanita-wanita di sana. Tidak seperti beberapa tahun lalu, yang jumlahnya bisa mencapai seribuan. 

Pria tersebut juga menyebut kalau setiap bar memiliki wanita-wanita untuk dijadikan PSK. Saat ini, rata-rata setiap bar memiliki 5 hingga enam wanita. "Kalau tempat saya ada lima orang, dan tinggalnya di sini semua," ucapnya.

Kemudian, untuk tarif satu orang PSK yang berada di Sintai juga bervariasi. Mulai dari Rp 250 ribu hingga mencapai jutaan. Namun, untuk kesepakatan tarif tersebut biasanya menurut kata pria itu, biasa langsung nego antara pengunjung dan wanita di sana. "Namanya juga cari makan. Tapi sekarang udah sepi," katanya.

Disebutkannya, wanita-wanita itu selalu rutin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. "Kita juga perhatikan kesehatan. Pemeriksaan dilakukan secara rutin di Puskesmas," ujar pria yang sudah belasan tahun mengelola bar di tempat ini.

Tak ada Pelatihan Keterampilan

Ia membenarkan Dinas Sosial juga memberikan penyuluhan terhadap wanita-wanita yang ada di lokasi itu. Akan tetapi, tidak ada penyuluhan untuk keterampilan seperti hal-hal yang dapat membuat lapangan kerja baru.

"Dinsos itu datang ke sini cuma ngadain kegiatan. Nanti kita dikabarin dan kita koordinir. Kegiatan penyuluhan, ngasih pengarahan vaksin," ujarnya.

Kemudian, saat ditanya mengenai jika tempat tersebut di tutup atau dibersihkan dari praktik prostitusi Ia pun mengaku pasrah

"Yah, kita hanya ikut aturan saja. Tidak juga berbuat banyak. Lagian tidak perlu gembar gembor untuk tutup, udah banyak kok yang tutup," katanya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews