BP Batam Khawatir Volume Waduk Duriangkang di Musim Kering 2020

BP Batam Khawatir Volume Waduk Duriangkang di Musim Kering 2020

Suasana saat konferensi pers Kantor Air dan Limbah, BP Batam bersama ATB dan BMKG. (Foto: ist)

Batam - Pengelola layanan air bersih di Batam PT Adhya Tirta Batam (ATB) melakukan pertemuan dengan Badan, Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi ketersediaan air baku di Batam

BP Batam mengakui, volume waduk berpotensi berkurang saat musim kering awal tahun depan.

Saat ini ketinggian air rata-rata di Dam Duriangkang 7,5 meter, sudah turun menjadi 3 meter. Sedangkan ketinggian waduk Sei Harapan sudah turun sekitar 2 meter.

Kepala Kantor Pengelolaan Air Limbah BP Batam, Binsar Tambunan mengungkapkan penurunan volume waduk saat ini.

"Walau sekarang musim hujan, namun level permukaan tidak naik seperti musim hujan sebelumnya yang biasanya melimpah. Tahun ini ada turun 2 waduk, sekitar 2,7 meter dan 3 meter, dan distribusi air 3.300 meter per detik." ujar Binsar di Kantor BP Batam, Kamis (5/12/2019.

Ia meminta agar masyarakat dapat menghemat penggunaan. Jika tidak dikurangi, pihaknya terpaksa melakukan rationing (pelayanan bergilir) jika kondisi waduk mengkhawatirkan.

"Saat ini curah hujan, berkurang. Sisa musim hujan, akan dilakukan untuk menampung. Dihimbau, masyarakat untuk bisa hemat air di Batam," kata dia.

Direktur ATB, Paul Bennett mengatakan bahwa faktor curah hujan yang minim maka akan berdampak pada kapasitas waduk. Awal tahun 2019 lalu memang diakuinya kapasitas waduk hampir penuh, namun diakuinya konsumsi air masyarakat yang meningkat, membuat waduk mulai surut.

Dampaknya akan dirasakan 70 persen dari warga Batam. Apalagi kondisi waduk yang surut terjadi di DAM Duriangkang, karena 74 persen kebutuhan air baku Batam dari waduk tersebut.

Kepala Stasiun Metereologi Kelas I Hang Nadim, Batam, I Wayan Mustika, menjelaskan kondisi curah hujan Desember 2019 dan tahun 2020 di Batam.

Dikatakannya curah hujan bulan Desember memang tinggi, namun pada awal tahun 2020, curah hujan akan turun 5 persen.

"Perubahan normal di Kepri pada Desember dan dampak iklim terlihat. Sehingga sampai 2020, saat penghujan, curah hujan berkurang," ujar Wayan.

Ia menjelaskan pada Desember 2019 ini curah hujan diperkirakan cukup tinggi dengan perkiraannya, 300-400 mm.

Pantauan dari satelit, di Kepri banyak hujan, walau sementara ini curah hujan tinggi terjadi di Tanjungpinang dan Dabo (Lingga).

Sedangkan curah hujan pada Januari nanti, disebutkan 150 sampai 200 mm. Curah hujan itu kembali akan turun pada Februari 2020. Bahkan dinilai Februari curah hujan sangat minim.

"Kurang 100 mm. Jadi saat Desember dimaksimalkan penampungan air," kata dia.

Curah hujan 2020 yang berkurang disebabkan oleh kemunculan dari Topan Kammuri, yang membuat pergerakan masa udara yang dibawa oleh angin tersebut.

"Tidak seperti yang diharapkan pada normalnya, karena adanya tekanan masa rendah yang disebabkan topan Kammuri. Maka semua angin yang mebawa masa uap air akan beralih," kata dia. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews