Terungkap Penyebab Turunnya Komoditas Ekspor dari Karimun Tahun Ini

Terungkap Penyebab Turunnya Komoditas Ekspor dari Karimun Tahun Ini

Kepala Karantina Pertanian Tanjungbalai Karimun, Priyadi, memberikan pemaparan di FGD. (Foto: Edo/Batamnews)

Karimun - Hasil ekspor dari Kabupaten Karimun pada 2019 jauh menurun dari tahun 2018. Penurunan diakibatkan berkurangan beberapa jenis komoditi ekspor dari Kabupaten Karimun.

Kepala Karantina Pertanian Tanjung Balai Karimun, Priyadi, mengatakan bahwa berdasarkan data pada sistem automasi perkarantinaan IQFast di wilayah kerjanya, komoditas ekspor unggulan Kabupaten Karimun adalah bungkil kelapa yang sampai 2019 ini telah mencapai 4.743 ton dengan nilai ekspor Rp 44,9 miliar.

Selain bungkil kelapa, berbagai ekspor lainnya seperti sarang burung walet, madu, alpukat, air kelapa, damar, kencur, hingga kulit kayu bakau.

Secara keseluruhan, nilai ekspor semua komoditas pertanian hingga 17 November 2019 ini telah mencapai Rp 68,6 miliar. Adapun negara tujuan ekspornya adalah Malaysia, Singapura, Filipina, Taiwan dan Hongkong.  Sementara itu, tahun 2018 nilai ekspor pertanian Karimun dapat mencapai Rp 101,7 miliar.

Pencapaian nilai itu dengan ragam komoditas yang lebih bervariasi mulai dari air kelapa, bungkil kelapa, sarang burung walet, madu, ayam bibit, akar pasak bumi, nanas, pisang, alpukat, damar, karung goni, petai, talas dan ubi jalar.

"Sementara di tahun 2018, Cina menjadi negara tujuan ekspornya dan belum muncul kembali di tahun 2019. Juga, jumlah pelaku usaha, di tahun lalu tercatat 71 eksportir, sedangkan tahun ini hanya 8 eksportir saja," ujar Priyadi dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digawangi Bea Cukai dan Badan Karantina Pertanian Karimun, Rabu (20/11/2019).

Badan Karantina Pertanian (Barantan) melalui Karantina Pertanian Tanjung Balai Karimun dan Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau dan KPPBC Tipe Madya Pabean B Tanjung Balai Karimun menggelar Focus Group Discussion yang mengusung tema 'Sinergitas untuk Peningkatan Investasi dan Ekspor'.

FGD ini menghadirkan narasumber dari Pusat Informasi, Badan Karantina Pertanian tentang I-Mace (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export) yang memberikan gambaran mengenai data dan potensi ekspor Karimun.

"Banyak komoditas ekspor yang pada tahun 2018 ada, di tahun 2019 tidak ada lagi, contohnya nanas dan pisang tujuan Malaysia. Kami berharap dengan acara ini bisa kembali mengangkat kembali ekspor Karimun yang sempat terhenti dengan mengurai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh petani maupun eksportir," katanya

Sebab dikatakan Priyadi, menjalankan peran sebagai perangkat ekonomi khususnya dalam Trade Facilitator dan Industrial Assistance, karantina pertanian dan bea cukai berada pada garda terdepan dalam memberikan fasilitasi perdagangan melalui berbagai upaya strategis yang mampu memberikan dukungan dalam hal ini perdagangan komoditas pertanian.

"Karimun, dengan potensi pertanian yang besar dan lokasi yang strategis, diharapkan selain dapat mencukupi kebutuhan pangannya juga mampu berkiprah di pasar ekspor," ujar dia.

Sementara itu, disebutkan juga bahwa Karantina dan Bea Cukai merupakan instansi pemerintah pelayan publik yang saling berkaitan.

Peran karantina dalam era globalisasi sangat strategis dan krusial. Peraturan terkait ekspor telah ditentukan berdasarkan Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures dibawah perjanjian World Trade Organization (WTO) yang berstandar internasional dengan prinsip-prinsip ilmiah.

Hal ini sesuai dengan harapan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang mengajak seluruh pihak khususnya Pemerintah Daerah untuk berkomitmen mempertahankan lumbung pangan daerah dengan cara mempertahankan lahan pertanian.

"Dengan inventaris permasalahan atau hambatan yang dihadapi, dengan diskusi ini harapannya dapat memberikan solusi yang signifikan. Bisa lebih bergairah lagi ekspor pertanian dari Karimun," kata Priyadi.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews