Petugas Stres Tukar Ratusan Label Bagasi Penumpang di Bandara Changi

Petugas Stres Tukar Ratusan Label Bagasi Penumpang di Bandara Changi

Bandara Changi, Singapura. (Foto: ist)

Singapura - Karena tertekan diperlakukan dengan buruk oleh perusahaannya, seorang petugas ground handling bagian bagasi di Bandara Changi, Singapura melampiaskan rasa frustasinya. Ia menukar 286 label bagasi tas penumpang dan mengirimnya ke tujuan yang berbeda.

Akibat aksinya itu, pria bernama Tay Boon Keh yang berusia 66 tahun itu dihukum penjara 20 hari pada hari Senin (11 November).  Tay mengakui merusak label tas penumpang dari penerbangan di Singapore Airlines dan SilkAir antara 8 November 2016 dan 6 Februari 2017.

Pada saat itu, ia bekerja sebagai petugas bagasi di Terminal 2 Bandara Changi. Ia merupakan karyawan Lian Cheng, sub-kontraktor Grup Bandara Changi yang menangani aktivitas ground handling.

Dia bertanggung jawab untuk menyelaraskan tas bagasi terdaftar dan memastikannya ditempatkan dengan benar pada mesin X-Ray untuk pemeriksaan keamanan, sebelum tas dimasukkan ke dalam pesawat.

Menjelang akhir September 2016, Tay ditugaskan ke mesin X-Ray yang mogok beberapa kali sehari. Hal itu memaksanya untuk membawa tas ke mesin fungsional sekitar 6 meter jauhnya untuk penyaringan.

Dia mengeluh kepada atasannya bahwa itu melelahkan secara fisik untuk melakukannya. Tetapi tidak ada tenaga tambahan yang dikerahkan untuk membantunya. Perusahaan subcon itu punya keterbatasan jumlah, kata jaksa.

Rencanakan hal jahat setelah tersakiti

Merasa dirugikan dan diperlakukan dengan buruk oleh perusahaan, Tay datang dengan rencana untuk menukar label bagasi di antara bagasi yang dia tangani. Dia melakukannya sendiri dan tidak melihat kamera televisi sirkuit tertutup, tahu bahwa tas-tas itu kemudian akan dikirim ke tujuan yang salah.

Tay mengakui bahwa ia ingin 'balas dendam' dengan ketidaknyamanan kepada atasannya dan membuat Grup Bandara Changi sadar akan kekurangan tenaga kerja dan masalah kerusakan mesin X-Ray, sehingga bisa memperbaiki situasi.

Seorang perwakilan untuk agen ground handling yang mengelola Singapore Airlines dan operasi SilkAir di Bandara Changi membuat laporan polisi pada 7 Desember 2016. Ia mengatakan bahwa mereka telah menerima email tentang 20 penumpang yang membawa tasnya dialihkan karena rusaknya label bagasi.

Maskapai juga kena 'batunya'

Kedua maskapai menerima 266 keluhan tambahan setelah 20 laporan polisi sebelumnya diajukan. Para penumpang lain mengatakan label bagasi mereka juga telah dirusak.

Mereka telah melakukan pembayaran kompensasi lebih dari 42.000 Dolar Singapura (Rp 433 juta) kepada 221 penumpang yang terkena dampak.

Jaksa menuntut Tan dipenjara 20 hari. Pasalnya ini menyangkut layanan yagn berdampak luas. Layanan penanganan bagasi adalah layanan yang digunakan secara luas oleh semua pelancong dengan tas check-in di bandara.

Tan ditangkap tak lama usai laporan kerugian penumpang

Tan tertengkap setelah polisi melakukan penyelidikan setelah aksi terakhir yang dilakukannya.

"Upaya terpadu dari berbagai divisi kepolisian bahwa terdakwa diidentifikasi beberapa hari setelah pertukaran terakhir," kata Wakil Jaksa Penuntut Umum Thiam Jia Min dilansir dari Channel News Asia.

Menurutnya, hukuman Tan ini supaya tidak terjadi hal serupa, yang bisa saja dilakukan oleh petugas lainnya. Polisi mengatakan mereka perlu memberikan shock terapy bagi petugas yang lalai atau sengaja melakukan hal ini

"Tindakan seperti itu memiliki konsekuensi besar. Petugas harus selalu menggunakan cara yang benar untuk menyampaikan keluhan mereka" sebut Thiam.

Depresi berat

Penasihat hukum Tay Boon Keh, yakni Tang Jin Sheng dan Lok Vi Ming meminta pengadilan untuk memberikan perintah pembebasan bersyarat, yakni tidak berulah dalam setahun, atau denda 10.000 dolar Singapura.

Mereka mengatakan Tay menderita gangguan depresi berat yang membuatnya kehilangan kendali diri. Saking tertekannya, Tay bahkan sering pergi ke toilet saat istirahat dan menangis.

Hakim Distrik, Jasvender Kaur mengatakan dia menerima pendapat saksi ahli, yakni psikiater yang dihadirkan jaksa penuntut bahwa Tay memiliki tekanan mental dengan pekerjaannya, meskipun dia menderita depresi yang tidak diobati pada saat itu.

Dokter bersaksi bahwa pasien yang mengalami depresi terkait dengan pekerjaannya akan mengalami penurunan kemampuan untuk pergi bekerja dan melakukannya dengan benar. "Dalam kasus terdakwa, dia terus bekerja dengan tekun selama seluruh periode pelanggaran," kata hakim.

Namun pelanggarannya tidak ringan

"Pelanggarannya tidak sepele," tambah hakim.

"Terdakwa telah merencanakan untuk membalas dendam pada majikannya karena dianggap memiliki kondisi kerja yang tidak adil dan mengekploitasi dirinya 286 kali selama hampir tiga setengah bulan."

Banyak yang terimbas akibat kasus ini. Tak hanya kerugian materil, namun juga reputasi maskapai dan Bandara Changi

Untuk setiap tuduhan kerusakan, Tay bisa saja dijatuhi hukuman penjara satu tahun, denda, atau keduanya.

(*)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews