Kementan Lepas Ekspor 985 Babi dari Kepri Tujuan Singapura

Kementan Lepas Ekspor 985 Babi dari Kepri Tujuan Singapura

(Foto: Ist)

Batam - Ditengah isu mewabahnya penyakit ASF di beberapa negara di Asia, Kementan lepas ekspor babi potong sebanyak 985 ekor atau senilai Rp. 3,5 milyar tujuan Singapura. Pada tahun 2019, periode Januari sampai dengan Agustus, ekspor babi dari Pulau Bulan sebanyak 202.610 ekor dan mempunyai nilai ekonomis sekitar Rp. 650 milyar.

"Ini maksud kami yang adalah potensi yang kita punya, ini menyerap ribuan pekerja, pendapatan peternak, devisa negara, ini yang harus kita lindungi dari ancaman ASF," papar Agus Sunanto, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian (Barantan) saat melepas ekspor babi di Instalasi Karantina Hewan Pulau Bulan, Kepulauan Karimun (2/10).

Potensi Ekspor Babi

Saat melepas ekspor babi milik PT. Indo Tirta Suaka, Agus berharap, babi diekspor sudah dalam bentuk olahan atau minimal setengah jadi, dan juga perlu adanya pengembangan tujuan negara ekspor baru. "Jadi kalau bisa jangan cuma Singapura, pesan pak Mentan agar dikembangkan, ditambah negara tujuannya dan juga frekuensi pengirimannya," turur nya.

Lokasi budidaya ternak babi milik PT Indo Tirta Suaka oleh Karantina Tanjungpinang juga telah ditetapkan menjadi instalasi karantina hewan terpadu, sehingga pengawasan dan sertifikasi ekspor akan lebih mudah dan cepat prosesnya. Menurut Agus, hal tersebut juga merupakan komitmen Kementan lewat Barantan dalam mendorong ekspor komoditas ternak babi Indonesia.

Sistem Biosecurity

Donni Muksydayan, Kepala Karantina Tanjungpinang menambahkan bahwa sistem biosekuriti di Pulau Bulan bisa menjadi percontohan. Ia menerangkan bahwa di Pulau Bulan tidak ada penduduk, dan pengunjung yang datang harus memenuhi prosedur biosecurity yang telah ditetapkan, seperti tidak boleh dalam keadaan sakit, tidak membawa makanan sisa dari luar dan diharuskan memapai pakaian yang steril. "Bisa jadi role model buat para peternak lain, bisa dicontoh, supaya ternak babinya aman," ungkapnya.

Mr. Desmond W, General Manajer Production PT. Indo Tirta Suaka yang menerima langsung Health Certificate dari Barantan yang diserahkan Agus Sunanto, sependapat bahwa masyarakat perlu pemngerti tentang bahaya virus tersebut. Ia meminta dukungan Barantan dan instansi terkait lainnya agar memperketat pengawasannya. Ia berharap ASF cukup di 11 negara dan tidak masuk ke Indonesia.

Agus Sunanto kembali menambahkan bahwa tidak hanya merugikan peternakan secara nasional, namun juga bisa memusnahkan plasma nutfah babi asli Indonesia. "Justru yang menghawatirkan lagi afalah hilangnya plasma nutfah babi asal Indonesia, disamping kerugian material yang pasti sangat besar," pungkasnya.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews