Menilik Invasi Film Korea ke Sudut-sudut Dunia

Menilik Invasi Film Korea ke Sudut-sudut Dunia

Film berjudul Parasite baru-baru ini mendulang nilai 100 persen di laman agregator Rotten Tomatoes (dok. CJ Entertainment/Korean Film Council)

Selama ini, film Hollywood selalu menjadi favorit banyak orang di Indonesia. Namun semua berubah setelah beberapa tahun lalu, Korea Selatan datang membawa produk budayanya.

Banyak penonton Indonesia kemudian mendapatkan hal yang lain dari karya sinematik asal Negeri Gingseng itu, entah melalui film maupun drama layar kaca. Mereka pun banyak yang beralih dari film Hollywood menjadi penggemar film Korea.

Fenomena ini ternyata juga terjadi di berbagai negara di dunia. Banyak pasar-pasar film lama seperti Amerika Utara mulai asyik dengan produk budaya Korea ini.

Salah satunya terjadi dengan film 'Parasite'. Film cerita keluarga miskin 'numpang' hidup dalam keluarga kaya ini berhasil mendapatkan Palme d'Or, penghargaan tertinggi di Cannes Film Festival 2019.

Film itu kemudian sukses di berbagai negara, termasuk Indonesia. Juli 2019 lalu, Parasite menjadi film Korea terlaris di Indonesia dengan capaian penonton lebih dari 275 ribu, mengalahkan Extreme Job serta The Battleship Island.

Bukan cuma memenangkan hati penonton, film Korea juga banyak memenangkan hati para kritikus, termasuk di Hollywood. Film 'Parasite' baru-baru ini mendulang nilai 100 persen di laman agregator Rotten Tomatoes.

Pertanyaan selanjutnya pun muncul, apa yang menyebabkan ini semua?

Faktanya, industri perfilman Korea sudah berjalan tepat seabad pada tahun ini. Dimulai pada 1919, sebuah film 'The Righteous Revenge' tayang di bioskop di Seoul. Sejak saat itu, Korea Selatan mencoba mengembangkan industri perfilman yang dibawa oleh Jepang.

Meskipun, dalam perjalanan seabad itu, film Korea haru mengalami jatuh-bangun, pengekangan oleh penjajah dan pemerintah, sampai diterpa krisis moneter. Namun film Korea kembali bangkit, terus mendorong dirinya untuk membuat decak kagum penonton dunia.

"Perfilman Korea memiliki sejumlah kunci yang jadi kekuatannya, seperti dedikasi para aktor dan kualitas teknis yang tinggi dari film-filmnya," kata pengamat perfilman Korea, Darcy Paquet.

"Namun saya pikir kunci yang terpenting adalah mereka memiliki penonton dengan minat yang tinggi," lanjutnya.

Sejarah panjang industri ini juga menjadikan sineas Korea memiliki banyak pengalaman. "Korea bisa semaju ini karena mereka memulainya sejak lama. Sementara kita tahun 90-an sempat dalam kondisi tak ada film sama sekali, bioskop mati," kata sutradara Indonesia Yosep Anggi Noen.

Tentu ada banyak kisah dalam perjalanan 100 tahun industri film Korea hingga saat ini.

Sebagian kami berikan dalam fokus Jejak 'Daebak' Seabad Film Korea, langsung dari Busan International Film Festival 2019 di Korea. Akan tetapi tentu saja kisah 100 tahun tak akan bisa diuraikan dalam waktu yang singkat.

Terlepas dari itu, ada pelajaran yang bisa diambil dari melihat riwayat industri perfilman Korea dan penontonnya yang gemar dengan film sejarah.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews