Mengenal Sosok Politikus Ruslan Ali Wasyim: Putera Pantai Timur yang Tengah Bersinar

Mengenal Sosok Politikus Ruslan Ali Wasyim: Putera Pantai Timur yang Tengah Bersinar

Ruslan Ali Wasyim, Ketua DPD II Golkar Batam (Foto: Ist)

RUSLAN Ali Wasyim digadang-gadangkan menjadi sebagai calon wali kota Batam. Ketua DPD II Golkar Kota Batam itu dikenal sudah cukup mumpuni di kancah politik terutama di Kota Batam.

Karirnya pun ditapaki dari nol. Mulai dari partisan, hingga menjadi anggota partai Golkar. Dan kini memegang tampuk ketua. 

"Waktu masih kecil-kecil sering bantu bapak mengantar surat yang berkaitan dengan partai, dan waktu SMA saya sudah mengantongi kartu anggota (KTA) Partai Golkar," ujar Ruslan Ali Wasyim saat berbincang dengan Batamnews baru-baru ini.

Oleh karena itu pula, Ruslan menganggap pencapaiannya saat ini berkat dari proses panjang. Tidak datang tiba-tiba. 

"Yang bulat tak datang bergolek, yang pipih tak datang melayang."

Begitu pribahasa yang dipakai  Ruslan M Ali Wasyim Wakil Ketua DPRD II Kota Batam mengambarkan cerita panjang perjalanan karir politiknya. 

Kerja keras dan perjuangan menempa pria kelahiran 7 Juli 1969 itu menjadi sosok yang mandiri. "Saya pernah hidup di pasar. Saya tahu lah bagaimana kehidupan di pasar," ujar Ruslan yang lahir di Batu Besar Nongsa, Batam, Kepulauan Riau tersebut. 

Kini terhitung ia sudah tiga periode menjabat sebagai wakil rakyat di DPRD Batam. Bagi Ruslan tentu saja, dunia politik bukan hal baru. Ayahnya juga pernah menjadi Komdes (Komisi Desa) di Golkar. 

Tidak saja sepak terjangnya di dunia politik yang penuh warga. Kehidupannya sejak kecil pun punya banyak cerita.

Sejak kecil Ruslan sudah jauh dari orangtua. Saat masih duduk di Sekolah Dasar, Ruslan tak tinggal lagi bersama orangtua. 

"SD waktu itu (1975) hanya ada di Sekupang, SD Kartini Sei Harapan. Saya tinggal bersama paman, setahun sekali pulang ke Batu Besar. Itu pun di saat Lebaran," ujar pria dari pantai timur Batam tersebut. Maklum saja, kala itu transportasi dan komunikasi ke Batu Besar sangat sulit, jauh dari kondisi saat ini yang serba modern.

Ruslan merasakan bagaimana rasanya jauh dari orangtua sejak kecil. "Usia 7 tahun sudah merantau," ujar politikus yang hobi bermain bola semasa muda itu. 

Setelah tamat SD, pada tahun 1982, Ruslan bersekolah di SMP Tanjung Uban. Tanjung Uban juga jauh lebih dekat dari Nongsa. Apalagi setiap pagi orangtuanya yang bekerja sebagai nelayan hampir kerap mengantar hasil tangkapan. 

"Akses ke sekolah jadi mudah. Di sana kos lah hidup dengan mandiri," kata dia. 

Saat sekolah SMP 1 Tanjunguban itu lah Ruslan juga mengenal kehidupan keras di pasar. Berkawan dengan orang yang lebih tua dan para pedagang, sopir dan orang dari berbagai latar belakang. "Saya lebih cepat dewasa," katanya.

Masuk STM

Setelah tamat SMP, Ruslan kemudian melanjutkan jenjang pendidikan ke jenjang SMA. Pilihannya SMA 1 Tanjungpinang di tahun 1985. Ketika sudah mendaftar, Ruslan diminta orang tuanya untuk pindah sekolah ke SMK 1 Batam, ketika itu SMK pertama dibuka. 

Keinginan Ruslan sebenarnya bukan di sekolah eksak. Apalagi ia tak begitu suka dengan hitung-hitungan. "Kalau sudah belajar eksak, fisika, kimia nilai tertinggi saya cuma 6, kalau sejarah bisa 8 dan 9 nilai saya," ujar Ruslan. 

Kendati demikian, ia memilih balik ke Batam, menghargai keinginan orangtua. Pilihan berat itu ia ambil. Ia masuk ke jurusan kelistrikan.

Namun tak lama setelah itu, Ruslan pindah ke SMA Kartini Batam. Akhirnya tahun 1988 Ruslan tamat di SMA Kartini. 

Setelah tamat SMA, banyak teman-teman Ruslan memilih merantau ke Jakarta, Jogja dan lainnya, tapi tidak dengan dirinya. Ia memilih bekerja demi adik-adiknya yang masih butuh biaya sekolah.

"Padahal saya ingin sekali sekolah di Fakultas Ilmus Sosial dan Politik. Apalagi sejak kecil sudah akrab dengan politik," kata Ruslan. 

Ruslan memendam keinginannya itu. Ia mencari kerja di Batam. "Saya diterima di Pertamina Tongkang," katanya. 

Disamping itu, ia juga mencari tambahan penghasilan dari menjadi sopir taksi pelabuhan. Di sana kehidupannya semakin ditempa. Pergaulannya bersama sopir-sopir.

"Jadi kalau sekarang menghadapi hal-hal begitu, atau dengan orang-orang pasar, sopir, sudah biasa," katanya.

Ruslan juga pernah ikut menjadi perekrut tenaga kerja untuk di Malaysia. Melalui jasa pengerah tenaga kerja milik saudara, ia merekrut orang-orang untuk bekerja di Malaysia. 

Tidak cukup lama setelah itu Ruslan pindah lagi ke sebuah perusahaan PT Batam Mas Megah di Batam. "Saya mendapat kontrak enam bulan," katanya. 

Setelah cukup uang, ia berniat melanjutkan cita-citanya yang terpendam. Tapi kali ini ia nyasar ke Akademi Manajemen Perusahaan di Yogyakarta pada tahun 1993. Tiga tahun kemudian Ruslan meraih gelar Diploma tiga (D3). 

Setelah itu 1997 ia kembali ke Kota Batam. Ketika itulah pemilu singkat berlangsung pada tahun 1999.

Di saat itu ia memutuskan masuk Partai Golongan Karya (Golkar). Ia berkecimpung di dunia politik. Tidak hanya itu ketika itu Ruslan juga aktif beberapa organisasi. 

Pendiri Perpat

Bersama beberapa kawannya Hasannudin, Saparuddin, Sastra dan Jupri, Ruslan juga sebagai salah satu pendiri organisasi masyarakat Persatuan Pemuda Tempatan (Perpat) Kota Batam. 

Pergerakan Perpat cukup dikenal. Terutama membela hak-hak masyarakat Melayu yang terpinggirkan.

Perpat Kota Batam pernah menurunkan massa yang besar memprotes mengenai sejarah terbentuknya Batam ke BP Batam kala itu bernama Otorita Batam. "Ada sejarah menyebutkan Batam itu dahulunya adalah hutan dan yang ada hanya monyet dan ular," ujar Ruslan.

Seiring berjalan waktu sampai 2004 Ruslan terus menjalani proses dengan ikut organisasi kepemudaan. Pada tahun 2004 itu juga ia mendaftarkan diri pemilu legislatif. 

"Ketika itu kan masih pakai nomor urut, suara yang saya peroleh banyak, tetapi nomor urut keliru," katanya. Golkar ketika itu mendapat dua kursi, sedangkan ia berada nomor urut tiga. 

Tak pantang menyerah, pada tahun 2009 Ruslan mencoba lagi. Pada percobaan kedua ini Ruslan berhasil duduk di bangku DPRD Kota Batam. 

"Teng, diputuskanlah keputusan terpilih bukan berdasarkan nomor urut lagi, tetapi suara terbanyak, saya suara terbanyak kedua," katanya. 

Tidak hanya itu pada Musyarwarah Daerah Golkar Tahun 2016 ia dipilih menjadi Ketua Golkar Kota Batam sampai 2021. "Saya juga menjadi Wakil Ketua KNPI, Gema Kosgoro, KONI," katanya. 

Ruslan menyadari semua yang ia lalui penuh dengan perjuangan dan kerja keras. Terutama dalam dunia politik. Baginya, politik salah satu disiplin ilmu selain itu politik adalah seni.

"Seni artinya menjalankan dengan hati, perjuangan untuk kepentingan orang banyak bukan kepuasan sendiri," kata dia. 

Ia menyadari memang politik adalah kekuasaan, tetapi tidak semata-mata semuanya kekuasaan. 

"Bagi saya tujuan utama politik memberikan manfaat kepada orang lain," kata dia. 

Maju Pilwako

Secara terbuka, beberapa pekan lalu, Ruslan Ali Wasyim menyatakan dirinya dalam pertarungan Pilwako Kota Batam 2020. Pilihanhya maju sebagai wali kota Batam ataupun wakil wali kota Batam. Keputusan telah ia buat. Proses pun ia ikuti. 

Menurutnya, usai menjalankan tugas di DPRD Kota Batam semuanya belum cukup untuk perubahan.  Menurut Ruslan, eksekusi bukanlah di DPRD. Sekarang saatnya turun kejalan menjadi eksekutor. 

"Karena satu lagi bagi saya apa yang dikerjakan adalah ladang ibadah," katanya. 

Dengan jalur politik, ia bisa menolong banyak orang. Itu salah satu kepuasan yang ia rasakan tiga periode di kursi DPRD Kota Batam. Kali ini ia juga didapuk sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Batam. Di tangannya, Golkar berjaya.

Lantas apa motivasi Ruslan mencalonkan diri? "Saya ingin memberikan kontribusi lebih kepada daerah kelahiran saya ini," katanya. 

Ruslan pun memiliki program yang berbeda dalam mengembangkan Batam kelak bila terpilih. Salah satu program yang sudah ada dalam benarknya adalah persoalan sumber daya manusia (SDM). Baginya SDM di pesisir perlu perhatian khusus. Selama ini mereka cukup terpinggirkan.

Tidak hanya itu, terkait persoalan pendidikan, ekonomi juga harus menjadi perhatian khusus. Bahkan dengan kajian ilmiah yang matang. 

Bagi Ruslan politik tidaklah menjijikan asalkan dijalankan dengan ikhlas dan seni yang baik juga. "Saya tidak haus kekuasaan, apalagi sampai menzalami orang lain," ujar dia. 

YOGI EKA SAHPUTRA


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews