Dua Ekor Ikan Duyung Mati Membusuk di Pantai Tanjungpinang

Dua Ekor Ikan Duyung Mati Membusuk di Pantai Tanjungpinang

Ikan Duyung mati di Pantai Batu Hitam, Tanjungpinang. (Foto: Afriadi/Batamnews)

Tanjungpinang - Dua ekor bangkai ikan duyung (Dugong) ditemukan di pesisir Pantai Batu Hitam, Tanjungpinang, Senin (19/8/2019). Ikan mamalia langka ini diduga telah lama mati, sebab sudah mengeluarkan aroma tidak sedap.

"Ada warga melaporkan ada aroma tidak sedap di pantai, kami turun dan menemukan dua ekor dugong dalam keadaan sudah mati," kata Sholihin Staf Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Ia mengatakan, dua ekor bangkai Dugong itu ditemukan secara terpisah. Pertama ditemukan Dugong berukuran cukup besar yang diduga induk.

"Setelah itu ditemukan lagi satu ekor dalam keadaan mati masih anakan," ujarnya.

Bangkai Dugong itu akhirnya dikuburkan warga tak jauh dari lokasi penemuan. Belum diketahui penyebab matinya ikan langka itu, apakah karena keracunan atau memang terdampar.

Dikutip dari wikipedai, ikan duyung dengan nama latin Dugong Dugon ini merupakan sejenis mamalia laut. Mereka salah satu anggota Sirenia atau sapi laut yang masih bertahan hidup hingga zaman sekarang. Hewan ini mampu mencapai usia 22 sampai 25 tahun.

Duyung bukanlah ikan karena menyusui anaknya dan masih merupakan kerabat evolusi dari gajah. Ia merupakan satu-satunya hewan yang mewakili suku Dugongidae. Selain itu, ia juga merupakan satu-satunya lembu laut yang bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik. Kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan utara Australia.

Mereka merupakan herbivora atau maun (pemakan dedaunan), dan semua spesies sapi laut hidup pada perairan segar dengan suhu air tertentu.

Duyung sangat bergantung kepada rumput laut sebagai sumber makanan, sehingga penyebaran hewan ini terbatas pada kawasan pantai tempat ia dilahirkan. Hewan ini membutuhkan kawasan jelajah yang luas, perairan dangkal serta tenang, seperti di kawasan teluk dan hutan bakau.

Moncong hewan ini menghadap ke bawah agar dapat menjamah rumput laut yang tumbuh di dasar perairan. Duyung menjadi hewan buruan selama beribu-ribu tahun karena daging dan minyaknya.

Kawasan penyebaran dugong semakin berkurang dan populasinya semakin menghampiri kepunahan.

IUCN mengklasifikasikan dugong sebagai spesies hewan yang terancam, manakala CITES melarang atau mengharamkan perdagangan barang-barang produksi yang dihasilkan dari hewan ini.

Walau pun spesies ini dilindungi di beberapa negara, penyebab utama penurunan populasinya di antaranya ialah karena pembukaan lahan baru, perburuan, kehilangan habitat serta kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas nelayan dalam menangkap ikan.

Duyung bisa mencapai usia hingga 70 tahun atau lebih, serta dengan angka kelahiran yang rendah yang mengancam menurunnya populasi  mereka.

Duyung juga terancam punah akibat badai, parasit, serta hewan pemangsa seperti ikan hiu, paus pembunuh dan buaya.

(adi)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews