Nelayan Pontianak Ditemukan Tinggal Tengkorak di Pantai Tambelan

Nelayan Pontianak Ditemukan Tinggal Tengkorak di Pantai Tambelan

Jasad Duma, nelayan Pontianak yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan di Tambelan, Bintan. (Foto: istimewa)

Bintan - Mayat nelayan Desa Banjar, Serasan, Pontianak Timur, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) ditemukan dalam kondisi bagian atas tinggal tengkorak di Pantai Pasir Merah, Kecamatan Tambelan, Bintan, Kepulauan Riau. 

Mayat berjenis kelamin pria itu diketahui bernama Duma berusia 39 tahun. Bapak dua anak ini telah dikabarkan hilang sejak 10 Mei 2019 lalu saat memancing di Perairan Pulau Datuk.

Kapolsek Tambelan, Ipda Missyamsu Alson mengatakan mayat nelayan dengan kondisi sudah tengkorak itu pertama kali ditemukan oleh petani, Kamis (30/5/2019). Lalu, oleh warga setempat dikebumikan di Pantai Pasir Merah.

"Kondisi tubuh mayat mulai dari pinggang sampai ke kepala sudah menjadi tengkorak, sedang bagian pinggang kebawah masih utuh sebagian karena tertutup pakaian training yg bertuliskan SMK Immanuel. Korban dikebumikan tak jaug dari lokasi kejadian bersama dengan pakaian yang masih dipakainya," ujar Missyamsu, Jumat (14/6/2019).

Dua minggu setelah tersiar kabar tentang penemuan mayat itu. Ada salah satu pihak yang mengakui jika mayat tersebut adalah sanak keluarganya yaitu Puput Lestari yang tak lain adalah istri korban.

Untuk memastikan jasad yang ditemukan itu suaminya, wanita berusia 30 tahun itu meminta pihak kepolisian membongkar pemakamannya. Kamis (13/6/2019) seluruh pihak menyetujui pelaksanaan penggalian makam seadanya itu.

Pukul 08.00 WIB, rombongan yang terdiri dari istri, paman dan kerabat korban beserta ustaz dan tokoh agama dari Desa Batu Lepuk Kecamatan Tambelan berangkat ke lokasi pemakaman yang berjarak tempuh 1 jam perjalanan. Mereka menggunakan pompong nelayan. 

Sedangkan rombongan unsur pimpinan kecamatan (uspika) yaitu dia sendiri dan 2 anggotanya, Danramil Tambelan, Sekcam Tambelan dan anggota Satpol PP Tambelan menumpangi speedboat milik TNI-AL.

"Jam 09.00 rombongan sampai di lokasi, namun pompong dan speed tidak bisa merapat ke pantai karena air laut surut sehingga pompong dan speed berlabuh ditengah laut. Jadi rombongan naik kedarat  dengan mengarungi laut yang berjarak sekitar 500 meter," jelasnya.

Sesampainya di darat, pukul 09.30 WIB dilakukan penggalian terhadap makam. Setelah jasadnya dikeluarkan dan diperlihatkan, istri korban membenarkan bahwa korban tersebut adalah suaminya yang bernama Duma.

Kemudian jasad korban dimandikan oleh ustaz untuk melaksanakan proses fardu kifayah menurut ajaran Islam. Lalu dikafani di pantai dan jasadnya di masukan ke dalam peti kayu untuk dipindahkan pemakamannya ke Desa Batu Lepuk Kecamatan Tambelan.

Peti itu diletakan di sampan yang ditarik oleh pompong. Namun ketika dalam perjalanan tiba-tiba cuaca ekstrim dengan gelombang setinggi 5-7 meter. Kendala itu tak menyurutkan niat Muspika Kecamatan Tambelan. Perjalanan tetap berlanjut meskipun menelan waktu 3 jam untuk sampai di Pelabuhan Sri Bentayan Tambelan.

"Jam13.00, jasad korban di bawa dari pelabuhan menggunakan ambulan selanjutnya disalatkan di Musholla Batu Lepuk kemudian dimakamkan kembali secara syariat Islam di TPU Desa Batu Lepuk," katanya.

(ary)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews