Mengenang Tiga Tahun Wafatnya HM Sani

Muhammad Sani: Si Untung Sabut yang Selalu Dikenang

Muhammad Sani: Si Untung Sabut yang Selalu Dikenang

Saidul Khudri berfoto dengan latar belakang gambar mantan Gubernur Kepri Muhammad Sani. (Foto: Istimewa)

Batam - Tanggal 8 April 2016, Muhammad Sani tutup usia. Gubernur Kepri periode 2016-2021 itu meninggal dunia jelang menghadiri pengarahan Presiden Joko Widodo di Istana Negara. 

Sani mengembuskan nafas terakhir tepat di hari Jumat, di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat dalam usia 73 tahun. Kepergiannya membawa duka mendalam bagi warga Kepulauan Riau, tak terkecuali sahabat-sahabatnya.

Mengenang 3 tahun wafatnya Muhammad Sani, Batamnews.co.id berkesempatan mewawancarai salah satu sahabat karib Gubernur Kepri dua periode itu, Saidul Khudri di Batam, Senin (8/4/2019).

Bersahabat selama puluhan tahun, Saidul menilai Sani sebagai sosok yang sederhana dan tidak neko-neko.

"Beliau (Sani) komitmen untuk membangun daerah, komitmen dalam kebijakan-kebijakan yang diambil saat memerintah," kata Saidul.

Sebagai seorang gubernur, Sani tidak pernah bergaya hidup mewah. Dia mencontohkan, untuk soal kuliner, Sani bahkan tak segan meminta ajudannya, Rusdi untuk membelikan nasi Padang bungkusan.

"Saat nasi Padang bungkusan itu tiba, pak Sani bilang ke saya. Dul, orang pikir gubernur itu hebat, tak tahunya kita makan nasi bungkus," kenang Saidul.

Menurut Saidul, makan nasi bungkus bersama Sani sudah terhitung lagi dan kudapan itu sering dinikmati bersama dirinya.

Bahkan, lanjutnya, tak jarang Sani tidak pegang uang saat beraktivitas. Suatu ketika, mantan orang nomor satu di Kepri pernah bertanya kepada ajudannya apakah masih menyimpan uang, dan dijawab "di tas tinggal Rp 200 ribu, pak."

Di sisi lain, Saidul juga menceritakan kenangannya bersama Sani saat menjadi gubernur. Di tengah kunjungannya ke berbagai daerah pulau, Sani selalu menyempatkan membaca Alquran dengan khusuk dalam perjalanan.

"Itu menjadi cerminan bahwa Sani adalah sosok yang tawadhu," ujar Saidul.

Kepergian Sani tiga tahun lalu, membuat Saidul sangat kehilangan sahabat dekat. Baginya, Sani memberikan nuansa pendidikan untuk semua orang.

"Ketika kamu berada dalam jabatan yang tinggi, kamu harus melihat dan memperhatikan orang di bawah," kata Saidul dengan mata berkaca-kaca.

Sepengetahuan Saidul selama dirinya mendampingi Sani, bantuan bagi rumah ibadah, TPQ, posyandu dan infrastruktur banyak diberikan. Hal ini yang membuat sosok Sani takkan lekang dari ingatan masyarakat di seluruh Kepulauan Riau.

Turun ke bawah, menjadi salah satu langkah Sani untuk mendekatkan diri ke masyarakat. Hal ini kemudian diikuti oleh adiknya, Isdianto yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Kepri.

Baca: Isdianto Belajar Sensitivitas Sani

"Itu yang dilakukan pak Isdianto untuk melanjutkan silaturahmi mengikuti jejak abangnya," imbuh dia.

Perjalanan persahabatan Saidul dengan Sani 'Si Untung Sabut' terjalin sejak tahun 1970-an. Saat itu, Sani masih menjabat sebagai staf di Kecamatan Kijang, Kabupaten Kepulauan Riau. 

Sosok Sani muda, ketika itu masih mengendarai sepeda motor dan sering turun dari Kijang menuju Tanjungpinang. Disebutnya, Sani ketika itu belum menikah dengan Aisyah. 

"Bu Aisyah ini adik kelas saya di sebuah SMEA di Tanjungpinang. Nah, kami sering ketemu, tapi saya tak pernah tahu kalau pak Sani dan bu Aisyah ini ada hubungan. Tahu-tahu mereka menikah," ujar Saidul sambil tertawa.

Kedekatan dan persahabatan antara Sani-Saidul terus berlangsung. Hingga pada 2014 lalu, Saidul langsung ditunjuk Sani untuk membentuk tim pencalonannya maju dalam Pemilihan Gubernur Kepri.

Keputusan Sani untuk maju kala itu, didasari semangat Kepri harus dipimpin orang Kepri. Saidul pun kemudian membentuk tim dan menunjuk Ahars Sulaiman sebagai ketua.

Proses perjalanan Sani menuju Gubernur Kepri untuk periode keduanya juga tak berlangsung mulus. Bahkan Sani sempat menyampaikan keinginannya untuk mundur.

"Kasihan lihat kalian kerja. Tapi saya bilang tak bisa mundur karena sudah masuk proses mendaftar dan kita harus maju. Terlepas ada ataupun tidak dana dan itu kita akui," kata Saidul.

Selain itu muncul juga problem siapa yang akan mendampinginya. Beberapa nama sempat disodorkan untuk menjadi pendamping Sani dalam Pilgub Kepri.

"Ada nama Ahmad Dahlan, Huzrin Hood hingga Nurdin Basirun. Tapi kemudian mengerucut di nama terakhir setelah dilakukan berbagai pertimbangan matang," ujar Saidul.

Pasangan Sani-Nurdin (SaNur) kemudian berlaga Pilgub Kepri. Hasilnya, SaNur mengalahkan pasangan Soerya Respationo-Ansar Ahmad. Keunggulan perolehan suara bukan hanya 5-7 persen saja, namun di tingkat Mahkamah Konstitusi disebut unggul 12 persen.

(dod)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews