Bakar Ikan di Kantor Gubernur Cara Nelayan Kepri Protes Reklamasi

Bakar Ikan di Kantor Gubernur Cara Nelayan Kepri Protes Reklamasi

Para nelayan Kepri memrotes aktivitas reklamasi yang merugikan mereka dengan cara membakar ikan di Kantor Gubernur Kepri. (Foto: Yogi/batamnews)

Tanjungpinang - Ada yang berbeda di aksi unjuk rasa nelayan di kantor Gubernur Provinsi Kepri, Rabu (6/3/2019) siang ini. Beberapa nelayan tidak hanya berorasi tetapi juga membakar ikan hasil tangkapannya di tengah aksi.

Aksi bakar ikan itu dilakukan para nelayan sambil menunggu kedatangan Nurdin Basirun sekaligus bentuk simbolis susahnya kehidupan mereka.

Puluhan ekor ikan tersebut terdiri dari beberapa jenis mulai dari ikan gingseng alias ikan mata besar, ikan jampung dan ikan pasir. Ikan tersebut masih dalam kondisi segar. 

Spontan para nelayan jelang siang langsung menghidupkan bara api dari kayu untuk membakar ikan. Satu persatu ikan mereka bakar ke atas bara api.

Tidak ada bumbu maupun alat masak tambahan. Ikan yang tampak masih alami tersebut langsung dimasukkan ke dalam arang dari kayu itu. 

Asap membumbung. Alat pengipas pun mereka ambil dari daun yang terdapat di sekitar kantor orang nomor satu di Kepri itu.

"Tidak ada bumbu, ini langsung dimakan," kata Kahar, salah seorang nelayan. 

Bahkan ikan tersebut juga tidak dibersihkan. Proses pembakaran pun berlangsung sebentar.


Setelah hampir semua ikan selesai dibakar, para nelayan duduk membentuk lingkaran berukuran besar di depan gedung pemerintahan.

"Ayo semuanya di sini, kita makan siang dulu," kata Untung, koordinator aksi mengajak seluruh nelayan menikmati ikan bakar.

Tidak menunggu lama para nelayan saling berebut mengambil satu ekor ikan yang sudah dibakar. Tentu tidak semua nelayan dapat kebagian.

Sebagian mereka ada yang satu ekor ikan untuk disantap tiga bahkan empat orang.

Tidak ada nasi ataupun sambal seperti dinikmati masyarakat biasanya. Hanya ikan saja yang dilahap mereka.

Meskipun seperti itu, para nelayan ini terlihat sangat menikmati. Masing-masing mereka mencuil daging ikan hasil laut Kepri itu. 

Terlihat daging ikan masih mentah. Masih terdapat lendir di bagian dagingnya. Namun mereka terus menyantap tanpa menghiraukan rasa. 

"Yang penting santap dulu, nanti kita pikirkan penyakitnya," kata salah salah seorang massa bercanda sambil melalap ikan setengah matang itu. 

Di sela menyantap ikan tersebut. Suasana mereka mencair, canda tawa menyelimuti antara mereka.

"Kalau ada gubernur di sini, kita ajak makan bareng ikan ini," ujar Kahar sambil tertawa bersama nelayan lainnya. 

"Rasanya enak, karena perut lapar," imbuh nelayan lain.

Bagi mereka maembakar dan memakan ikan ini pertama bentuk kelaparan mereka di tengah aksi, kedua simbol protes nelayan pemerintah tidak memperdulikan kondisi mereka.

Bahkan menurut nelayan kondisi saat ini untuk nelayan cukup memprihatinkan akibat proyek pengerukan ataupun reklamasi yang terjadi di Kepri.

"Dulu sehari nelayan bisa dapat 100 lebih, sekarang nol besar," kata nelayan.

Pengerukan dan reklamasi menurut mereka mematikan mata pencarian nelayan, apalagi saat ini masa panceklik. 

"Jadi kalau bahasa melayunya pemerintah menghancurkan periuk kami, tempat kami mencari makan," katanya sambil terus menyantap ikan mentah itu. 

Tidak hanya itu, para melayan melalap dengan habis ikan-ikan itu dan hanya menyisakan tulang.

Setelah itu mereka istirahat dan sebagai salat zuhur dan kemudian melanjutkan aksi. Para nelayan nekat akan tidur di lokasi aksi sampai ditemui Gubenur Kepri. 

Ratusan nelayan menuntut ganti rugi kepada Pemprov Kepri. Pasalnya akibat reklamasi di Gurindam 12 Tanjungpinang dan pengerukan pasir di Bintan mengakibatkan mereka tidak bisa melaut di bagian pesisir.

Kondisi tersebut mengakibatkan mata pencarian mereka tergerus. Selain itu, pemerintah tidak memperhatikan nasib nelayan tradisional di sekitar proyek. 

(tan)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews