Bisnis Online di Batam Memasuki Masa Suram

Bisnis Online di Batam Memasuki Masa Suram

Tumpukan barang kiriman yang tertahan di gudang kargo Bandara Hang Nadim, Batam. (Foto: Johannes Saragih/batamnews)

Batam - Bisnis perdagangan secara online di Batam memasuki masa suram. Para pebisnis online kini merasakan dampak buruk dari kenaikan harga dan lambannya pengiriman barang dari Batam.

Tak hanya dari segi omset pendapatan, lunturnya kepercayaan pelanggan pun mereka rasakan. Semua itu imbas dari kacaunya pengiriman barang dari kota industri ini.

Welke, pebisnis online yang biasa menjual produk-produk impor seperti tas dan sepatu mengeluhkan kondisi ini. Memasuki 2019, bisnis yang digelutinya tak seramai tahun-tahun lalu.

"Pelanggan sudah mulai mengeluh. Sebagai pembeli ataupun dropshipper mereka tak mau tahu kendala pengiriman dari sini (Batam)," kata Welke dalam perbincangan dengan Batamnews.co.id, Rabu (6/2/2019).

Menyiasati hal ini, dia mulai ancang-ancang menyiapkan strategi baru dalam bisnisnya. Sulitnya barang keluar dari Batam, memaksa Welke mengalihkan area bisnisnya ke Kalimantan.

"Sejak kemarin saya mengalihkan bisnis ke Kalimantan. Di Batam barang susah keluar dan biaya pengiriman semakin mencekik," imbuh dia.

Tingginya tarif pengiriman, menurut Welke semakin membuat pebisnis online di Batam kalah saing dengan daerah lain. Sebagai contoh adalah Jakarta.

Para pebisnis online di ibukota kini menangguk banyak rezeki karena mudahnya akses pengiriman. Sementara, di Batam malah terkendala. 

Hal ini terbukti dari menumpuknya barang-barang kiriman di kargo Bandara Hang Nadim sejak sepekan lalu.

Adanya penumpukan barang ini, dikonfirmasi Bea Cukai diakibatkan tidak terdeteksinya beberapa barcode scanner dari ekspedisi. 

Sejak 1 Februari Bea Cukai Batam memberlakukan perubahan pengisian formulir ekspedisi. Perubahan ini banyak belum dipahami oleh ekspedisi sehingga sistem pemasukan data mereka salah.  

Selain dari lamanya proses pengiriman, batas barang keluar dari Batam juga mempengaruhi minat pelanggan untuk berbelanja, mengingat biaya ongkos kirim juga semakin mahal. 

"Sekarangkan dibatasi 75 dollar Singapura per barang keluar, ini juga berpengaruh. Pelanggan keberatan karena biaya pengiriman sudah mahal ditambah batas itu lagi," ujarnya.

(das)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews