LIPI Kembangkan Sistem Pemantau Longsor

LIPI Kembangkan Sistem Pemantau Longsor

Tanah longsor yang menyebabkan jalan amblas (Foto:net/tirto)

Jakarta - Peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari mengatakan, pihaknya telah mengembangkan sistem pemantauan gerakan tanah berbasis jejaring sensor nirkabel yang bernama LIPI Wiseland atau Wireless Sensor for Landslide Monitoring atau Sistem Pemantauan Gerakan Tanah Berbasis Jejaring Sensor Nirkabel. 

LIPI Wiseland, kata Adrin, memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah menjangkau daerah pemantauan yang luas berdasarkan jejaring sensor, menyajikan data dalam waktu nyata dengan akurasi tinggi serta memiliki satu daya mandiri menggunakan tenaga panel surya dan baterai lithium. 

"Teknologi ini dapat digunakan untuk memantau bahaya gerakan tanah dalam maupun dangkal, baik pada lereng alami, potongan maupun timbunan," tuturnya. 

Sifat pendeteksi longsor tersebut merupakan jejaring sehingga bisa membuat komunikasi antar sensor yang telah terpasang. "Kita punya sensor mode network yang kita sebar di daerah yang sudah punya potensi di dataran tinggi, parameter kelembapan tanah, parameter lereng," kata dia.

Adrin mengatakan, sensor yang mengukur pergerakan lereng dengan melihat pertambahan kabel akan tertarik akibat pergerakan tersebut. Sensor tiltmeter atau angle juga dapat berfungsi untuk mengukur kemiringan lereng. 

"Ketika lereng bergerak ada indikasi kemiringannya akan berubah. Bisa kita pantau saat gejala longsoran. (Terdapat juga) Modus sensor analog, sensor basis analog seperti sensor mengukur tekanan air di dalam tanah, yang dipantau adalah perubahan kandungan air di dalam tanah," ucapnya. 

Hanya saja, ia mengakui jika sejauh ini Indonesia belum memiliki peringatan dini pemantauan gerakan tanah di daerah rawan longsor. Mengingat menurutnya longsor bisa disebabkan karena kenaikan air tanah atau perubahan kejenuhan, pori-pori di dalam tanah yang terisi dengan air.

Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Indonesia ada 274 kabupaten/ kota yang berpotensi longsor dalam kategori sedang-tinggi. Dalam 10 tahun terakhir sejak 2009 hingga 2018, BNPB mencatat ada 132 longsor di Sukabumi, Jawa Barat yang merupakan daerah potensi sedang terjadi longsor.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews