Optimisme di Tahun Babi Tanah

Optimisme di Tahun Babi Tanah

Suyono Saputro (Foto: Batamnews)

Kurang dari 12 jam lagi kita akan meninggalkan tahun 2018 dan menuju tahun 2019. Apa saja pencapaian dan kegagalan pada tahun ini akan dilanjutkan dan perbaiki pada tahun depan, dengan penuh optimisme tentunya.

Kalau boleh mengutip ramalan dalam kepercayaan China, bahwa tahun 2019 merupakan shio Babi Tanah adalah saat yang cocok untuk berinvestasi dan menghasilkan banyak keuntungan. Bagi yang mempercayainya, tahun depan bakal lebih baik dibandingkan tahun 2018.

Ada banyak kejadian ditingkat global, nasional, dan lokal selama tahun ini yang membuat pemilik modal ketar ketir dalam menghadapi tahun depan.

Dalam konteks ekonomi global, dunia sedikit tertekan oleh perang dagang antara China – Amerika yang menyebabkan para pelaku industri gusar dan berpikir ulang mengenai masa depan bisnis mereka menghadapi ketidakpastian.

Tiga poros ekonomi dunia yaitu AS, Uni Eropa, dan China diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2019 masing-masing 2,50%, 1,90%, dan 6,50%.

Benar, bahwa Xi Jinping – Donald Trumph sudah sepakat untuk genjatan tarif sampai enam bulan ke depan. Tapi situasi tetap belum aman, apa saja bisa terjadi untuk melanjutkan perang dagang. Beberapa analis memprediksi dunia mulai merasakan kenyerian akibat perang dagang ini pada 2019, namun sebagian lagi justru melihat peluang jika sewaktu-waktu perang dua gajah itu berlanjut.

Negara-negara berkembang mulai berbenah menyambut limpahan industri yang mulai kepanasan akibat efek perang tarif tersebut. Mereka mulai menatap kawasan baru untuk menjadi basis produksi dan terbebas pengenaan tarif di AS dan China.

Begitu juga dalam konteks ekonomi nasional, Bank Indonesia memprediksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 masih sama dengan dengan 2018 yaitu bertahan di level 5,4%. Walau ada kekhawatiran pemilu pada April mendatang akan sedikit menahan laju investasi karena investor cenderung menunggu hasil akhir pemilihan Presiden periode 2019-2024.

Beberapa indikator makro nasional juga relatif terjaga selama tahun depan, dan tentu saja ketahanan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar harus terus ditingkatkan. Tahun 2019 diperkirakan nilai tukar bertahan pada kisaran Rp14.700 per Dolar AS, namun semua bergantung pada situasi ekonomi global.

Peningkatan Daya Saing

Namun yang jauh lebih penting selain memantau perkembangan global dan dampaknya terhadap ekonomi nasional pada tahun 2019 adalah bagaimana meningkatkan daya saing dalam negeri dalam menjaga momentum pertumbuhan.

Ada empat faktor utama yang harus menjadi perhatian yaitu mendorong investasi langsung (foreign direct investment/FDI), memperbaiki defisit neraca berjalan (current account deficit), membangun infrastruktur, dan menekan inflasi.

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo selalu menyampaikan pentingnya mendorong arus investasi dan ekspor agar daya saing Indonesia semakin tinggi dan mencapai level pertumbuhan yang lebih baik. FDI dan ekspor memang berdampak terhadap terbukanya lapangan pekerjaan dan industrialisasi.

Wajar saja ketika lapangan kerja dan target industrialisasi tidak terpenuhi, Presiden tak segan menunjukkan kekecewaannya. Walau secara nasional target 10 juta lapangan kerja belum terpenuhi namun upaya ke arah itu sudah terlihat.

Membangkitkan sektor industri kreatif juga terus digalakkan terutama bagi kelompok milenial dengan dukungan akses pembiayaan dan pasar. Tahun 2019 diharapkan menjadi tahunnya industri digital dan new economy.

Tren ekonomi dunia yang didominasi old economy yaitu manufaktur, besi baja, dan perusahaan berbasisi aset, secara perlahan mulai beralih kepada new economy yang berbasis platform dan aplikasi digital.

Itu sebabnya, banyak perusahaan berlomba-lomba untuk melakukan perubahan dan peralihan (menurut Prof. Rhenald Khasali: era the great shifting), beradaptasi dengan perubahan teknologi, dan menjadi customer-based company.

Pembangunan infrastruktur untuk mendorong perbaikan produktifitas dan kelancaran distribusi barang dan orang juga digesa hingga akhir periodisasi pemerintahan Jokowi-JK. Namun, masa lima tahun memang belum mencukupi untuk menyelesaikan tugas berat pemerataan infrastruktur di negara yang kepulauan ini.

Terus berbenah

Lalu, bagaimana Batam dan Kepri menyambut tahun 2019 mendatang? Berada di daerah perbatasan membuat karakteristik ekonomi di Batam sedikit berbeda dibandingkan daerah lain di Indonesia.

Sektor industri di Batam banyak dipengaruhi oleh Singapura dan perkembangan ekonomi global. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura secara terbuka menyampaikan pada 2019 ekonomi negara itu melemah antara 1,5 – 3%, dibandingkan 2018 sebesar 3 – 3,5%.

Pelemahan ini terjadi jika konflik AS – China terus berlanjut pada 2019 yang diperparah oleh menurunnya konsumsi dan produksi barang-barang ekspor. Namun, secara domestik, Singapura masih cukup percaya diri pertumbuhan akan terjadi di beberapa sektor ekonomi yang terus berekspansi, seperti manufaktur, konstruksi, dan lainnya.

Menyikapi kondisi ini, tentunya Batam dan Kepri untuk terus meningkatkan daya saing menghadapi perubahan iklim bisnis dan industri global dan regional. Batam sebagai penopang pertumbuhan Provinsi Kepri tentu harus lebih serius mempersiapkan diri.

Mulai dari pemerintah pusat dan daerah harusnya konsisten untuk menyusun berbagai program pembenahan untuk memperkuat kawasan ini sebagai pusat pertumbuhan. Batam sebagai daerah perdagangan bebas harus didorong lebih kencang untuk membawa perubahan.

Sampai 2018 ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 4 – 4,4% dan pada 2019 diproyeksikan mencapai 4,6%. Angka ini masih dibawah level pertumbuhan nasional 5%.

BP Batam selaku penanggun jawab pengusahaan kawasan FTZ sudah berbuat optimal untuk menjaga momentum pertumbuhan. Pemko Batam juga mendukung perbaikan ekonomi melalui serangkaian program pembangunan.

Yang dibutuhkan saat ini adalah sinergitas yang lebih kuat antara keduanya. Dalam beberapa tulisan, saya sudah menyampaikan pentingnya sharing of knowledge antar keduanya dalam menyusun joint masterplanning dan joint budgeting, agar duit rakyat yang dikelola bisa berdaya guna dan menghasilkan sesuatu yang monumental, tidak sekedar seremonial.

Selama hampir tiga pekan terakhir kita membaca keputusan kontroversial Presiden Joko Widodo yang ingin menghilangkan dualisme melalui peleburan kepemimpinan BP Batam dibawah kendali Walikota Batam.

Kita masih menunggu bagaimana realisasi keputusan tersebut apakah benar akan diwujudkan atau ditunda sembari mengkaji landasan hukum untuk memperkuat keputusan tersebut?

Karena apapun keputusan yang diambil nantinya merupakan keputusan yang terbaik bagi kelanjutan pembangunan Batam ke depan. Kita tidak mungkin lagi bersilang pendapat dan berwacana yang tidak produktif serta saling menyalahkan.

Persaingan pada masa datang semakin ketat. Batam butuh pemikiran yang un-usual untuk mendorong laju kapal semakin kencang dan meraih pencapaian yang extra-ordinary. Pemikiran yang gitu-gitu aja tidak relevan lagi apalagi kalau hanya sekedar mempertahankan kenyamanan saat ini.

Mari kita sambut 2019.. Mari kita sebarkan optimisme!

Penulis adalah akademisi Universitas Internasional Batam


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews