Tangisan Keluarga Korban Lion Air JT-610 Pecah Saat Kedatangan Jenazah

Tangisan Keluarga Korban Lion Air JT-610 Pecah Saat Kedatangan Jenazah

Properti barang-barang korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 yang berhasil dievakuasi tim SAR. (Foto: Liputan6.com

Jakarta - Surtiyem, ibu dari Jannatun Cintya Dewi sempat pingsan saat jenazah anaknya yang menjadi korban kecelakaan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 tiba di rumah duka, di Desa Suruh, Sukodono, Sidoarjo.

Jenazah Cintya atau yang biasa dipanggil Yayas ini tiba di rumah duka pada Kamis (1/11) sekitar pukul 07.30 WIB dan langsung dibawa masuk ke dalam ruang tamu rumah keluarga.

Selang seperempat jam kemudian, jenazah bawa ke masjid Desa Suruh, Sukodono, untuk disalatkan sebelum akhirnya dimakamkan di pemakaman desa setempat yang berada tak jauh dari masjid setempat.

Sementara itu, Bambang Supriyadi, ayah korban terlihat lemas dan didampingi oleh keluarga saat menuju ke lokasi pemakaman.

Korban yang bekerja sebagai staf di Kementerian ESDM itu meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, awal pekan lalu, sesaat setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta untuk tujuan ke Pangkalpinang.

"Kami dari Kementerian ESDM merasa kehilangan salah satu putri terbaik yang ada di tempat kami," kata perwakilan Sekjen Kementerian ESDM Endang Sutisna usai pemakaman di tempat pemakaman umum Desa Suruh, Sidoarjo. Seperti dilansir Antara.

"Kami sangat merasa kehilangan atas peristiwa ini, kalau ada kesalahan semoga bisa dimaafkan supaya jenazah almarhumah ini diterima Tuhan Yang Maha Esa," kata dia.

Sebelumnya, Tim Inafis Mabes Polri mengidentifikasi satu korban yakni atas nama Jannatun Cintya Dewi kelahiran Sidoarjo 12 September 1994 dan beralamat di Dusun Prumpon RT 001 RW 001 Kecamatan Sukodono Jawa Timur yang merupakan anak ketiga dari Ibu Surtiyem dan Bambang Supriyadi.

Jenazah Jannatun teridentifikasi dengan No Post Mortem 0108 dari kantong jenazah DVI 00/Lion-Tj Priok/0010, teridentifikasi sesuai Antemortem 128.

Identitas korban tersebut, diketahui dari bagian tubuh yang ditemukan, yakni tangan kanan dengan lima jari lengkap, kemudian menyambung bagian tubuh dada atas sampai perut menjadi satu bagian tidak terpisahkan.

Dari potongan tubuh korban tersebut, tim Inafis mencocokan sidik jari tangan kanan dengan sidik jari tangan kiri di ijasah korban yang berhasil memiliki kecocokan 13 titik, ditambah dengan data yang menyebut kebiasaan korban memakai cincin yang khas di jari tengah tangan kanan.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews