Heboh kasus kekerasan di SPN Dirgantara Batam

Bumi Hanguskan Kekerasan dari Dunia Pendidikan Batam

Bumi Hanguskan Kekerasan dari Dunia Pendidikan Batam

Siswa Taruna SPN Dirgantara. (Foto: Johannes Saragih/Batamnews)

Kasus persekusi yang dialami RS (17) taruna SMK SPN Dirgantara Batam akhirnya diselesaikan dengan damai oleh pihak sekolah. Bahkan manajemen sekolah mengakui tuduhan terhadap siswa RS tidak benar.

RS sebelumnya dituduh mencuri, kabur dari pendidikan dan melakukan beberapa kasus berat. Ia kemudian diciduk oleh pembina yang merupakan anggota polisi. Dalam pencidukan itu, pembina dibantu oleh taruna lainnya. RS diborgol dan diseret saat akan berangkat di Bandara Hang Nadim, Batam

Humas SPN Dirgantara, Riski ketika konfrensi pers, Kamis (13/9/2018) di Polresta Barelang mengakui jika tudingan itu ternyata salah "Tuduhan kepada RS tidak benar," ujar Riski.

Ia menyampaikan permintaan maafnya kepada semua pihak. Pasalnya telah membuat ketidaknyamanan.  "Begitu juga terkait perbuatan kami kepada wartawan, kami minta maaf sebesar-besarnya," ujarnya.

Sebelumnya siswa RS dituduhkan sekolah beberapa hal diantaranya mencuri, tidak bayar uang praktek dan lainnya. Akibat tuduhan tersebut pembina sekolah Aiptu Erwin Depari melakukan tindakan penangkapan hingga terkesan kekerasan terhadap RS.

Perlu diketahui Erwin selain pembina juga merupakan pemilik modal di sekolah ini.  

Mediasi dilakukan pihak sekolah dan keluarga RS menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan. Sedangkan Erwin Deapri diperiksa Propam.


Orangtua RS Legowo

Ibu RS, dan Kepsek SPN Dirgantara, Susila Dewi berpelukan usai mediasi

Orangtua RS akhirnya legowo dengan permintaan maaf SPN, terhadap apa yang dialami anaknya. Kasus ini pun tidak jadi diteruskan ke ranah hukum.

Indra, ayah RS mengatakan, laporan tidak jadi dibuat pasalnya oknum polisi yang bersangkutan sudah diperiksa propam.

"Kata polisi, karena sudah masuk kesalahan kode etik profesi polisi makanya tidak perlu melapor lagi," ujarnya.

Kepsek SPN, Susila Dewi pun tampak berpelukan dengan ibu RS usai mediasi tersebut dilakukan.

Sebelumnya Indra sudah melakukan visum terkait kekerasan yang diterima anaknya RS. Namun ia belum menerima hasil visum. "Dalam aturannya pihak kami tidak dibolehkan mendapatkan hasil visum tersebut," katanya.

Sebelummya Komisioner KPPAD Kepri, Erry Syarial mengatakan kondisi RS ditemukan luka pada bagian telapak kaki, biru di dagu, jejak bekas borgol dikedua pergelangan tangan dan memar di punggung.


 

Kata Murid SPN Batam terkait sel di sekolah

Ruangan konseling mirip sel yang sangat tak layak

Terdapat sebuah ruang konseling dan bimbingan spritual berbentuk sel di SMK Pernerbangan SPN Dirgantara Batam. Murid-murid mengaku sel tersebut tempat hukuman siswa yang melakukan pelangaran berat.

Seperti yang diungkapkan RP siswa kelas 10 SPN Batam ia mengaku belum pernah masuk ke dalam ruangan tersebut. "Saya belum pernah," katanya.

Tetapi ia mengetahui ruang tersebut tempat menghukum siswa yang melakukan pelangaran berat. "Ya seperti ketahuan merokok," katanya.

Ia mengatakan, tidak mengetahui apa yang dilakukan didalam. Tetapi siswa yang kena hukum akan dikurung beberapa hari. "Dimasukan kedalam, tetapi kalau belajar dia keluar, nanti masuk lagi," katanya.

Begitu juga dikatakan siswa lain R, ia mengatakan, tempat tersebut memang tempat menghukum siswa melanggar. "Tidak tau persisnya seperti apa, saya belum pernah masuk kesanan," katanya.

Ruangan konseling serupa sel itu terdapat dibagian lantai satu gedung sekolah. Tepat berada dibelakang meja resepsionis, bersebelahan dengan ruangan Tata Usaha dan Kepala Sekolah.

Ruangan tersebut memang terlihat diberi jeruji baik sisi kanan kiri atas dan juga pintu. Namun beberapa hari terakhir pintu telah dicopot, setelah heboh pemberitaan tentang hal ini.

Selain itu pihak sekolah juga diminta oleh Disdik membongkar ruangan horor tersebut.


Kadisdik soroti kasus pemborgolan siswa

Muhammad Dali

Kepala dinas pendidikan provinsi Kepri, Muhammad Dali tidak setuju dengan tindakan pembina Sekolah Penerbangan Nasional (SPN) Dirgantara yang memborgol siswanya meskipun siswa tersebut nakal.

Dali mengatakan tindakan tersebut tidak pantas dilakukan kepada anak-anak pelajar dengan pemborgolan seperti foto yang heboh di beritakan. "Untuk dunia pendidikan secara umum, tindakan ini salah dan tidak layak dilakukan," ujarnya usai membuka kegiatan Futsal di SMK Multistudi High School (MHS) Kamis (13/09/2018).

Permasalahan ini menurutnya juga menjadi perhatian serius oleh Disdik Kepri. Hal ini menjadi contoh bagi sekolah-sekolah yang ada di Kepri agar tidak melakukan prilaku seperti ini. "Saya janji, akan perbaiki ini. Ini menjadi contoh dan model untuk memberikan imbauan agar tidak seperti demikian," ucapnya.

 

DPRD Minta sekolah dievaluasi

Sekolah SPN Dirgantara Batam

Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam, Udin P Sihaloho menyesalkan tindakan siswa SMK Penerbangan SPN Dirgantara (RS) yang diborgol oleh pembina yayasan yang juga seorang polisi.

“Ya kami menyesalkan kejadian itu, jika memang demikian, kalaupun standar mereka adalah pendidikan ala militer, diharapkan jangan berlebihan,” ujar Udin, Rabu (13/9/2018).

Menurutnya jika itu ada kesalahan yang dilakukan oleh siswa sebaiknya tidak melibatkan pihak luar. Dan diselesaikan hanya pada tataran internal saja. “Kecuali diluar batas kewajaran baru melibatkan pihak luar,” katanya.

Melalui kejadian ini, udin mengharapkan sekolah betul-betul mendidik dan membimbing.

“Tugasnya itu mendidik, boleh-boleh saja menerapkan sistem semi militer, dan juga ada pengawasan seperti fasilitas yang dipakai,” kata dia.

Selain itu yang menjadi perhatian juga mengenai letak sekolah yang masih menggunakan bangunan ruko.  “Ini harus menjadi perhatian pengelola sekolah, mengapa masih menggunakan bangunan ruko menjadi sekolah,” katanya.

Udin juga mempertanyakan pihak terkait yang juga memberikan izin pendirian sekolah di bangunan ruko. “Mengapa sekolah boleh di ruko, ini perlu perhatian bersama,” ujarnya.

(tan/ude/ret)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews