Mirisnya SD Pulau Terpencil di Bintan, Tak Ada Guru yang Betah Mengajar

Mirisnya SD Pulau Terpencil di Bintan, Tak Ada Guru yang Betah Mengajar

Ilustrasi

Bintan - Belasan siswa SD Kelas Jauh di Pulau Pejantan, Kecamatan Tambelan terlantar selama sebulan akibat tenaga pengajar diduga kabur dari pulau terpencil itu.

Kejadian ini mendadak viral setelah Budi Syahrul memposting kondisi miris yang dialami anak-anak tempatan di pulau tersebut di akun Facebook (FB) pada 31 Agustus 2018.

Dalam akun FB itu, Budi Sahrul yang sudah sebulan tinggal di Pulau Penjantan mengunggah sebuah video yang berjudul "Sekolah ada namun tidak ada gurunya, miris rasanya" itu menceritakan bangunan ruang kelas belajar yang megah dibangun pemerintah. 

Namun tidak ada aktivitas belajar mengajar karena dua orang guru yang merupakan tenaga honorer dikabarkan sudah sekitar sebulan tidak berada di sana lagi.

"Sekolah yang dibangun cukup bagus, namun tidak ada guru yang mengajar selama berbulan-bulan. Mereka sangat membutuhkan guru dan musala," kata Budi dalam kolom komentarnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan Tamsir mengaku sudah melihat video dan membaca komentar yang diposting dalam akun FB Budi Sahrul. 

Namun dia akan mengecek kembali kebenarannya kepada Koordinator Wilayah (Korwil) Pendidikan di Kecamatan Tambelan.

"Ada dua guru honorer ditugaskan di sana (Pulau Pejantan). Memang kabarnya mereka sering bolos, tapi sudah pernah dipanggil Korwil dan mereka mengajar lagi," ujarnya, Selasa (4/9/2018).

Kedua tenaga honorer itu juga sudah membuat perjanjian tidak akan melakukan hal itu lagi. Meskipun banyak keterbatasan di sana, mereka tetap mengajar dan tidak bakalan meninggalkan kelas.

"Karena mereka melanggar kesepakatan maka kita akan ganti dengan guru lain," tegasnya.

 

Pemkab anggarkan Rp400 Juta bangun sekolah

Tamsir menjelaskan Pemkab Bintan telah membangun SD Kelas Jauh di Pulau Pejantan melalui APBD 2017 sebesar Rp 400 juta. 

Di sekolah itu hanya dua guru honor yang mengajar. Itupun secara bergantian karena mereka memiliki sanak keluarga di kecamatan itu. Jadi mereka saling bergantian untuk pulang pergi dari Pulau Pejantan ke Pusat Pemerintahan Kecamatan Tambelan.

Namun ketersediaan transportasi laut disana sangat sulit. Hanya ada beberapa pompong yang berlayar ke pulau itu bahkan jadwalnya tidak tetap.

"Kapal ada kadang seminggu sekali terkadang sebulan sekali. Jadi inilah menyebabkan mereka jarang di sana," jelasnya.

Sebenarnya Disdik Bintan telah mengusulkan tunjangan daerah terpencil dari pemerintah pusat di 2018 ini. Sebab selama ini kedua guru honor tersebut hanya mendapatkan gaji Rp 2 juta perbulan.

"Selama ini mereka hanya dapat uang tunjangan daerah terpencil sebesar Rp 700 ribu dan honor daerah sebesar Rp 1,3 juta. Kita lagi usahakan dapatkan tunjangan dari pemerintah pusat di tahun ini," ucapnya. 

 

Minimnya listrik dan uang transportasi

Koordinator Wilayah (Korwil) Pendidikan Kecamatan Tambelan, Rajmiadi membenarkan jika dua orang guru yang merupakan tenaga honorer Pemkab Bintan sudah satu bulan lebih tak mengajar di SD Kelas Jauh Pulau Pejantan. 

"Dua guru honorer itu adala Js dan Is. Keduanya sudah tak masuk mengajar sejak 16 Juli-4 September 2018 ini," ujar Rajmiadi, Selasa (4/9/2018).

Bolosnya mereka dari tugas mengajar sudah terjadi beberapa kali. Bahkan pihaknya sudah memanggil dan bertemu keduanya secara langsung.

Agar guru honorer itu tidak mengulangi kembali bolosnya. Pihaknya meminta keduanya menandatangani surat perjanjian di atas materai Rp 6 ribu dan disaksikan oleh Kabid Disdik, Johari dan Kadisdik, Tamsir.

"Jauh-jauh hari sudah saya minta agar mereka kembali mengajar. Bahkan saya ingatkan adanya perjanjian itu, tapi tetap saja mereka tak masuk," sebutnya.

Sebenarnya dia sangat memaklumi kedua orang guru honorer itu tak betah di sana sehingga bolos dari aktivitas belajar mengajar. Hanya saja yang membuatnya kesal, baru 2 minggu mengajar tetapi berbulan-bulan kelas-kelas di sekolahan itu kosong kembali.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kedua orang guru honorer itu tidak betah di sana, yaitu ketersediaan listrik di Pulau Pejantan hanya mampu menyala beberapa jam.

Kemudian perumahan yang mereka tempati tak layak dan juga banyak nyamuk. Terakhir diduga karena uang transportasi keduanya belum cair sejak Januari-September 2018 ini. 

"Mungkin ini penyebabnya kedua guru honorer itu sampai tak mengajar selama sebulan lebih," ucapnya. 

(ary)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews