Kontroversi Susu Kental Manis, Bolehkah Dikonsumsi?

Kontroversi Susu Kental Manis, Bolehkah Dikonsumsi?

Batam - Sisi negatif Susu Kental Manis (SKM) sebenarnya sudah lama jadi bahan perbincangan. Akhir-akhir ini kembali ramai dibahas.

Sejumlah orang meyakini, SKM bukanlah susu, tinggi kalori. Tidak aman dikonsumsi.

Bagaimana pendapat para ahli mengenai hal ini?

Berikut pendapat Agus Pambagio pemerhati kebijakan publik dan konsumen, Dedi Setiadi Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia, dan dr Titi Sekarindah, SpGK, dari Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru mengenai SKM, dikutip dari detikcom.

Tinggi lemak dan gula, benarkah?

Menurut Agus Pambagio, SKM ternyata memiliki kandungan lemak dan gula yang sangat tinggi. Sebaliknya, kandungan protein dan kalsiumnya sangat rendah.

SKM dianggap sebagai penggemuk badan karena tingginya kandungan lemak dan gula (sekitar 70%).

Menurut Dedi Setiadi, Informasi mengenai kandungan gula susu kental manis sama sekali tidak benar.

Menurutnya, kandungan lemak dan gula sudah diatur dalam Standar Nasional Indonesia Nomor 2971: 2011 Tentang Susu Kental Manis.

Di sana disebutkan kombinasi gula dan lemak pada produk ini adalah 51%-56% dengan kandungan gula 43%-48%.

Menurutnya, gula sendiri sebenarnya juga berguna bagi pertumbuhan anak-anak Indonesia karena gula dan karbohidrat memberikan energi.

Sedangkan dr Titi Sekarindah, SpGK menjelaskan, kandunga lemak dan gula di SKM cenderung tinggi. Yakni, 9 gram lemak dan 54 gram gula per 100 gramnya, dan 5 gram lemak jenuh.

Setiap 100 gram SKM biasanya mengandung 320 kalori. Sebagian besar kalorinya dari gula.


Dianjurkan hanya untuk dewasa, benarkah?

Menurut Agus Pambagio, SKM sebaiknya hanya dikonsumsi oleh dewasa. Itupun sekedar untuk penambah rasa pada makanan dan minuman.

Menurutnya, SKM bukan untuk dikonsumsi sebagai minuman layaknya susu oleh anak-anak bahkan bayi. SKM dapat berdampak pada obesitas dan penyakit diabetes sejak dini.

Hal ini karena SKM tidak memiliki kandungan protein dan kalsium yang bisa membantu metabolisme tubuh lebih baik dan membuat tulang menjadi sehat.

Menurutnya lagi, susu seharusnya bisa membuat berat badan tetap stabil.

Pendapat Dedi Setiadi mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76/Men.Kes/Per/XII/75 tentang Peredaran dan Penandaan Susu Kental Manis.

Dedi Setiadi berpendapat, berdasar peraturan itu SKM dapat dikonsumsi oleh anak-anak dan dewasa.

SKM hanya tidak boleh digunakan untuk bayi. Yaitu. anak yang berusia satu hari sampai 12 bulan.

Sedangkan menurut dr Titi Sekarindah, SpGK, SKM boleh dikonsumsi. Tetapi tidak rutin, hanya sekali-kali.

Senada dengan Agung Pambagio, SKM untuk flavoring saja. Dia menyarankan mengurangi konsumsinya bagi penderita diabetes.

Bahkan, dr Titi lebih menyarankan untuk menggunakan susu rendah lemak atau low-fat untuk campuran minuman atau makanan.

Jadi, SKM susu apa bukan?

Dedi Setiadi mengatakan, secara karakteristik dasar dan kandungan teknis, susu kental manis termasuk kategori susu.

Susu kental manis sebagai minuman harus dicampur dengan air, sehingga setelah dilarutkan kandungan susu kental manis setara dengan susu murni.

Ketika dicampur air, kadar lemak SKM tidak kurang dari 3%, total padatan susu bukan lemak tidak kurang dari 7,8%, dan kadar protein tidak kurang dari 2%.

Sedangkan menurut dr Titi Sekarindah, SpGK, SKM, susu kental manis adalah susu yang dihilangkan airnya kemudian ditambahin gula untuk pengawetnya.

(deb)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews