Status FTZ Batam Dibahas di Rakor Pemerintah dengan Bank Indonesia di Batam

Status FTZ Batam Dibahas di Rakor Pemerintah dengan Bank Indonesia di Batam

Kawasan Industri di Batam (Foto: Industri)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Status Free Trade Zone (FTZ) Batam masih terus dapat perhatian. Rapat koordinasi pemerintah, pemerintah pusat dan Bank Indonesia (Rakorpuda) juga akan membahas hal itu.

Pemerintah saat itu akan mengubah status FTZ menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). 

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter, Dodi Budi Walyo mengatakan Batam berkontribusi dari ekpor nasional yang berteknologi menengah tinggi.

Di antaranya  37 sampai 40 persen dari ekspor Batam adalah produk semi konduktor yang merupakan berteknologi menengah tinggi.

"Banyak pula industri di Batam yang berteknologi dengan nilai tambah cukup besar seperti, industri galangan kapal dan industri animasi," ujar Dodi di Radisson Hotel kepada wartawan, Kamis (12/4/2018). 

Dodi juga menyebutkan bahwa secara nasional, Kepulauan Riau berada pada peringkat kedua penyumbang ekspor berteknologi menengah tinggi. Posisi Batam sangat sentral untuk dibangun. 

"Batam masih punya banyak masalah. Baik di sisi Sumber Daya Manusia (SDM), apakah kualitas SDM sudah mumpuni untuk mendukung Batam tumbuh menjadi pusat kegiatan industri berskala menengah tinggi. Apakah regulasi sudah mendukung?" katanya. 

Maka dari itu melalui Rakorpusda, pembahasan mengenai kondisi Batam juga akan masuk di dalamnya, Rakorpusda ini merupakan inisiatif BI untuk turun melihat langsung isu yang ada di antar lembaga dan publik, kemudian bersama-sama mencari solusi. 

"Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo dan Menko Pereknomian akan jadi pembicara utama dalam kegiatan ini," kata Dodi. 

Dodi menambahkan bahwa Jika Indonesia ingin tumbuh menjadi negara yang berpenghasilan meningkat dan lapangan kerja yang memadai, tentu harus ada loncatan. Salah satu yang perlu didorong adalah industri manufaktur yang harus tumbuh lebih pesat.

Industri yang tumbuh tak hanya untuk memenuhi kebutuhan doestik, tapi juga harus berorientasi ekspor dan mampu menyerap tenaga kerja. Ada sejumlah strategi yang bisa digunakan, tapu harus dibahas lebih dulu. Bisa mendorong pertumbuhan industri dengan teknologi menengah tinggi, atau juga mendorong industri menengah tapi padat karya.

“Ini target yang ideal sekali. Industri mampu menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memenuhi kebutuhan domestik,” katanya. 

Saat ini Indonesia juga tengah berupaya keluar dari Middle Income Trap. Jika melihat negara-negara lain, mereka harus masuk dalam level dimana neraca perdagangannya paling tidak defisit minimal, atau masuk ke level surplus.

Sementara dalam 3 tahun terakhir, neraca perdagangan Indonesia berada pada posisi defisit, walaupun dia menuturkan defisitnya masih dalam level yang sehat.

Tapi untuk menuju pendapatan perkapita yang lebih tinggi, relatif harus dalam kategori negara dengan neraca perdagangan yang surplus.

(ret)

Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews