Idul Fitri dan Silaturahmi Digital

Idul Fitri dan Silaturahmi Digital

Foto: alpenschau.com

HARI kemenangan itu telah tiba. Setelah menunggu sebulan penuh, jutaan umat muslim, hari ini merayakan Idul Fitri, hari kemenangan sesungguhnya bagi bani Adam dan umat Muhammad SAW. 

Momen ini pula yang acap kali digunakan menyucikan lahir maupun bathin. Menyucikan diri dari sifat-sifat buruk. Sifat sombong, iri, dengki, kikir, dan busuk hati. 

Semua orang seolah-olah ingin terlahir kembali. Kembali fitrah. Ibarat kapas, putih bersih.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar… 

Takbir dan tahmid masih terdengar terus berkumandang dan sahut menyahut di se-antero Tanah Air. Untaian kalimat-kalimat suci dan puji-pujian kepada sang pencipta mengalun merdu. Sejuk. Menentramkan dan menelusuri relung-relung hati.

Semua bergembira, bersuka cita, semoga lara tak menghampiri lagi. Begitu juga untaian doa sambung menyambung terdengar dan terbaca. Gegap gempita yang sederhana terasa membuncah di dada. Demikian banyak orang memaknai Idul Fitri ini.      

Momen Idul Fitri juga sering dimaknai sebagai momen memperat silaturahmi antara sesama umat manusia, tanpa terkecuali. Momen menyatukan lagi kepingan-kepingan hati yang terserpih dan terluka akibat khilaf. Baik yang disengaja maupun tidak.

Ucapan-ucapan maaf lahir dan bathin meluncur deras dari mulut-mulut umat manusia. Tidak saja langsung, tapi juga melalui dunia maya, dunia digital, dunia milenial.

Dunia digital dan perkembangan teknologi informasi telah membawa kita kepada dunia tanpa batas. Semua dapat dijangkau dengan satu atau dua sentuhan jari.

Kalau dahulu sepuluh jari sebagai bentuk permintaan maaf, kini cukup emoji mewakilinya. Semua memenuhi ruang-ruang aplikasi percakapan, baik pribadi maupun umum.

Semua bersuka cita menyampaikan selamat atas kemenangan yang ditunggu-tunggu selama sebulan penuh. Melawan lapar dan dahaga. Melawan hawa dan nafsu. Melawan rasa marah dan sebagainya.

Esensi Idul Fitri juga merasakan bagaimana kaum papa atau dhuafa menahan lapar karena ketiadaan. Selain itu puasa sebulan penuh di bulan Ramadan tentu saja sebagai salah satu ibadah langsung kepada Sang Pencipta.

Di era digital saat ini, kerap kita temua silaturahmi terucap tanpa wujud nyata. Teknologi telah memudahkan kita bertemu muka dalam platform digital.

Semua tersampaikan dengan cepat tak menunggu lama. Untaian kata-kata mutiara meluncur langsung ke tangan-tangan yang dituju. Detik dan saat itu juga. Meskipun nyaris tak terbaca satu per satu.

Kiranya, era digital saat ini sudah menjadi keniscayaan. Bahkan semua berubah. Dunia maya selama ini perlahan namun pasti menggantikan dunia nyata. 

Meskipun tatap muka penuh dengan makna, namun kecanggihan teknologi, mampu membuatnya berbeda. Ekspresi jiwa pun bisa diwakili dengan sebuah emoji yang beragam. Tak menunggu takbir, semua larut dalam rangkaian doa serta pemintaan membersihkan hati.

Mudah-mudahan kecanggihan dunia teknologi saat ini berdampak positif dan produktif. Bukan justru melalaikan kita sebagai umat manusia, untuk taat dan ingat kepada-Nya, serta untuk tekun bekerja.

Hakikatnya, kecanggihan teknologi ini bukan justru memecah belah sesama umat manusia, seperti yang kerap kita temui belakangan ini, namun lebih kepada memperat tali silaturahmi, seperti sebutannya jejaring sosial bukan menjadikan seseorang sosok yang asosial. 

Boleh dilihat, faktanya hampir semua lini masa atau timeline serta status di media sosial sesak dengan kalimat-kalimat sakral permintaan maaf. 

Tidak ada lagi debat-debat kusir kita temui. Tidak ada lagi saling membully. Semua kata menjadi satu, maafkan kami atas semua kesalahan selama ini.

Mudah-mudahan itu tidak hanya sekadar di tampilan yang terkirim ke gadget-gadget pintar kita. Namun juga tersemai hingga ke sanubari. Ke lubuk-lubuk hati yang penuh kasih.

Tentu saja kecanggihan teknologi tentu tak seharusnya mengubah kita menjadi seseorang yang sedang berpura-pura, tapi menjadi pribadi seutuhnya, apa adanya, dan yang lebih berat mau memaafkan kesalahan orang lain kepada kita.

Barangkali tidak seorang pun yang luput dari salah, karena manusia tempatnya khilaf dan lupa. Pada akhirnya, hanya kepada Allah yang Maha Pemurah lagi Penyayang kita berserah diri dari kekhilafan itu.

Mudah-mudahan kita bisa kembali suci dari segala dosa dan kembali kepada fitrah.

Melalui platform digital ini, kami menyadari selama ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. 

Segenap jajaran pimpinan dan redaksi batamnews.co.id mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah, mari kita sambut hari kemenangan ini dengan penuh suka cita…

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum… Mohon maaf lahir dan bathin..
 

Muhammad Zuhri, Pemimpin Redaksi Batamnews

 

 

 

 

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews