BATAMNEWS.CO.ID - Hasil akhir laga final Liga Champions tadi pagi dini hari, Real Madrid vs Juventus, 4-1, jelas menghasilkan dua aura yang bertolak belakang. Suasana riang berada di pihak yang menang, Real Madrid, dan sebaliknya Juventus bermuram durja.

Bahkan, keberhasilan menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut adalah sejarah baru bagi Real Madrid. Ini juga pencapaian kepelatihan yang luar biasa dari mantan jenderal lapangan tengah Real, Zinedine Zidane.

Ia menjadi pelatih Prancis pertama yang memenangkan Liga Champions dua kali, setelah bulan lalu membawa klub tersebut meraih gelar La Liga pertama sejak 2012. "Saya merasa bagaikan menari," katanya. "Saya menganggap diri saya sebagai penghuni rumah ini (Real Madrid).

"Klub ini sungguh bersemayam di hati saya dan kami akan menikmati kemenangan ini. Hari ini adalah hari yang benar-benar bersejarah bagi Real Madrid, untuk semua penggemar Madrid."

Suasana yang berbeda dialami Kiper veteran Juventus Gianluigi Buffon yang menjadi fokus banyak pendukung netral sebelum pertandingan: pemain berusia 39 tahun itu bertanding di finalnya yang ketiga di Liga Champions.

Tapi, seperti kekalahan dari AC Milan pada 2003 dan dari Barcelona pada 2015, Gianluigi Buffon kembali menorehkan catatan tak menyenangkan sebagai pihak yang kalah di final yang ketiga. "Kami pikir kami cukup punya segalanya untuk memenangkan pertandingan," katanya. "Ini merupakan kekecewaan besar."

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa kami bermain seperti yang kami tampilkan di babak kedua. Real Madrid pantas menang di babak kedua, mereka menunjukkan kelas dan sikap yang dibutuhkan untuk tampil dalam permainan di tingkat ini."

Di usianya yang ke-39, Buffon boleh dikata sudah memenangkan segalanya, termasuk juara dunia bersama Italia, namun medali kemenangan Liga Champions tak pernah terkalungkan di lehernya.***

Baca selengkapnya artikel dari BBC.com/indonesia