Derita Rohingya: Bayi 8 Bulan Dibunuh, Ibunya Diperkosa 5 Pasukan Myanmar

Derita Rohingya: Bayi 8 Bulan Dibunuh, Ibunya Diperkosa 5 Pasukan Myanmar

Pengungsi Rohingya yang mendarat dengan perahu di pantai Aceh, beberapa waktu lalu. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Jenewa - Kantor HAM PBB di Jenewa, Swiss sudah melansir laporan kekejaman pasukan keamanan Myanmar terhadap komunitas Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar. Dalam laporan itu disebutkan kekejaman mengerikan tentara Myanmar terhadap kelompok etnis minoritas tersebut.

Termasuk laporan soal bayi delapan bulan tewas dibunuh, sementara ibunya diperkosa oleh lima pasukan keamanan Myanmar.

Menurut Kantor HAM PBB tindakan keras militer Myanmar terhadap komunitas Muslim Rohingya selama empat bulan terakhir telah menewaskan korban jiwa yang diperkirakan mencapai ratusan orang.

“Operasi kemungkinan mengakibatkan beberapa ratus (kasus) kematian,” bunyi laporan kantor HAM PBB mengacu pada tindakan keras militer Myanmar yang diluncurkan sejak 10 Oktober 2016.

Laporan itu berdasarkan wawancara dengan 204 pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh. Laporan juga sinkron dengan data aktivis dan pejabat PBB lainnya.

Korban menceritakan pelanggaran mengerikan yang dilakukan oleh anggota dinas keamanan Myanmar serta milisi sipil yang bekerja bersama militer dan polisi Myanmar.

”Bayi delapan bulan dilaporkan tewas, sementara ibunya diperkosa oleh lima pasukan keamanan,” lanjut laporan Kantor HAM PBB mengutip keterangan saksi.

Kantor HAM PBB juga mengungkap kematian tiga anak berusia sekitar enam tahun atau lebih muda dieksekusi penggal dengan pisau.

”Apa jenis kebencian sehingga bisa membuat seorang pria menusuk bayi yang menangis karena menginginkan susu ibunya,” kata Komisaris Tinggi HAM PBB Zeid bin Raad Zeid al-Hussein dalam sebuah pernyataan.

”Apakah ini jenis operasi pembersihan? Apa tujuan (pasukan) keamanan nasional sehingga memungkinkan melayani hal ini?,” tanya Zeid.

Hasil wawancara Kantor HAM PBB dengan para pengungsi Rohingya menyatakan, 47 persen dari mereka mengatakan bahwa anggota keluarga mereka tewas dalam operasi militer Myanmar. Sedangkan 43 persen dari mereka mengaku menjadi korban pemerkosaan.

Zeid melanjutkan, pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi berjanji untuk menyelidiki tuduhan terbaru ini. ”Dia memberitahu saya bahwa penyelidikan akan diluncurkan. Dia mengatakan bahwa mereka akan memerlukan informasi lebih lanjut,” katanya.

Tun Khin, seorang aktivis Rohingya, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa bantuan masyarakat internasional sekarang dibutuhkan untuk mengubah pendekatan  terhadap pemerintah Myanmar.

”Setiap hari (warga) Rohingya menghadapi pelanggaran dan pembunuhan di luar hukum,” kata Khin, yang mengepalai Organisasi Rohingya Burma yang berbasis di Inggris, yang dikutip Sabtu (4/2/2017).

”(Dewan Keamanan PBB) harus datang dengan resolusi yang mengikat kuat untuk mengambil tindakan terhadap pemerintah Myanmar,” imbuh dia.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews